Monday, April 26, 2010

Cewek Manis Juara UN Tak Bisa Kuliah

Dina Bakti Pertiwi, 18, tak pernah menyangka akan menyabet nilai tertinggi Ujian Nasional (Unas) untuk program IPS se-Jawa Timur. Tidak hanya Dina, keluarganya pun tak percaya. Namun kegembiraan itu kini berubah menjadi beban. Pasalnya, siswi SMAN 1 Jember ini terancam tak bisa kuliah karena tidak adanya biaya.

Dina memang mempunyai rekam jejak sebagai sang juara di kelas dan sekolahnya. Menjadi juara sekolah sudah biasa disandang remaja kelahiran 22 Desember 1991 itu sejak duduk di bangku SD dan SMP.

“Tetapi kali ini benar-benar tidak menyangka. Kaget waktu diberitahu teman-teman yang melihat pengumuman di internet. Katanya saya juara satu se-Jatim. Saya malah tidak tahu,” kata Dina saat ditemui Surya di rumahnya, Jl Letjen Suprapto IX/22 Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Jember, Minggu (25/4).

Dina meraih nilai tertinggi Unas untuk program IPS yakni 54,75, atau rata-rata nilai 9 untuk masing-masing mata ujian. Dia baru secara resmi menerima pengumuman hasil Unas tersebut dari sekolah pada Senin (26/4) hari ini.

Mengobrol dengan remaja satu ini amat menyenangkan. Teman bicaranya akan tertulari nada optimistis dan semangat saat ia berbicara. Dia juga tetap semangat ketika disinggung perekonomian keluarganya yang cupet setelah meninggalnya sang ayah, M Syafi’ hampir dua tahun silam. “Wah harus tetap optimistis meski ekonomi keluarga pas-pasan. Sekarang juga lagi nyari cara agar saya nanti bisa kuliah,” tegas anak ketiga dari lima bersaudara itu.

Cewek hitam manis ini kemudian menceritakan keinginannya setelah lulus SMA. Dia punya dua pilihan untuk kuliah nanti, yakni memilih Fakultas Ekonomi Universitas Jember melalui jalur PMDK, atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Namun untuk masuk melalui jalur PMDK, keluarga Dina harus menyediakan uang Rp 6.750.000. Angka yang terbilang besar bagi keluarga itu. “Angka segitu, besar sekali. Kami jelas tidak akan mampu,” ujarnya.

Dia sebenarnya ditawari pihak sekolah untuk mengikuti progam Bidik Misi Departemen Pendidikan Nasional yang menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu. Namun Dina dengan terpaksa tidak memilih program itu karena sebenarnya dia ingin kuliah di STAN.

“Kalau saya ikut Bidik Misi, sampai lulus saya harus kuliah di tempat kuliah awal saya. Tetapi dengan ikut PMDK, saya masih bisa ikut tes lain, seperti ikut STAN,” ujar Dina.

Dina memang berharap bisa masuk STAN, selain karena kecintaannya pada akuntansi dan manajemen keuangan, dia juga melihat masa depan lulusan STAN lebih pasti. Apalagi Dina sangat menyadari kondisi keuangan keluarganya.

Andaikata diterima di STAN saja, Dina juga masih coba berpikir keras bagaimana caranya bisa survive. Sebab, meskipun biaya kuliah di sekolah tinggi berikatan dinas itu gratis, namun biaya buku dan kos tetap ditanggung mahasiswa. Padahal, biaya kos di Jakarta ditambah anggaran beli buku, tentu tidak murah.

Dari dua kakak Dina, yang pertama, Doni, kemampuan ekonominya juga terbatas karena sehari-hari hanya bekerja di usaha mebel. Sedangkan kakaknya yang kedua menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura, dan bersuamikan warga negara Malaysia.

Ibunya, Tri Hartini, kini menjadi orangtua tunggal yang harus menghidupi tiga anaknya yang masih sekolah. Dua kakak Dina sudah menikah.

Meski ekonomi pas-pasan, Hartini sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi tiga anaknya yang masih sekolah. “Saya ingin tiga anak saya ini bisa sekolah tinggi. Ya saya harap ada donatur yang bisa membantu biaya sekolah anak saya,” ujar Hartini, yang sehari-hari berjualan nasi pecel dan juga menjadi pembantu di rumah tetangganya.

Saat SMA lalu, Dina mempunyai donatur yang membiayai sekolahnya sejak kelas dua. Yayasan Ad-dhuha Jember yang mencarikan donatur untuknya. Sementara dua adiknya mendapat keringanan biaya pendidikan dari sekolah masing-masing.

Meski telah mendapat keringanan biaya sekolah, Hartini tetap harus pontang-panting mencari uang untuk menafkahi tiga anak dan ibu kandung Hartini yang tinggal bersamanya. Dulu, sebelum Dina mendapatkan donatur, Hartini harus menggadaikan barang-barang di rumahnya untuk melunasi SPP Dina agar bisa ikut ujian.

“Ya sekarang juga mau nyari donatur dan semoga ada yang membantu biaya awal kuliah saya. Kalau sudah kuliah, saya akan mencari beasiswa, dan siap kerja sampingan untuk nambah biaya kuliah agar tidak memberatkan ibu,” kata Dina.

Dina mengaku tidak risih ketika harus bekerja saat kuliah nanti. Apalagi semenjak SMA, dia sudah mencari uang saku sendiri antara lain dengan cara memberikan les tambahan untuk teman sekelasnya. “Hasilnya lumayan untuk uang saku dan biaya les sebelum Unas,” ujarnya.

Dina memang hanya bisa mengikuti les yang berbiaya murah, seperti les dari guru sekolahnya. Dia tidak mampu mengikuti les di tempat bimbingan belajar seperti kebanyakan murid SMAN 1 Jember. “Lha wong biayanya jutaan, jelas tidak mampu. Saya cukup les yang biayanya Rp 40 ribu per bulan,” imbuhnya.

Meski murah, les tersebut sangat berarti baginya. Apalagi ditunjang kecerdasan yang dia miliki, nilai tertinggi Unas itu seakan menjadi penebus bagi penyuka mata pelajaran Matematika itu. “Pokoknya optimistis, nyantai aja, dan berusaha. Kemarin saja sebelum Unas, HP saya hilang tapi tidak saya pikir banget dan dibawa nyantai saja. Jadinya gak ganggu konsentrasi saat Unas,” tukas cewek yang suka nyanyi dan jalan-jalan itu.

Bantuan Provinsi

Mendapati informasi bahwa salah satu siswa peraih nilai Unas tertinggi di Jatim berasal dari keluarga tidak mampu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Suwanto memberi instruksi tegas pada jajaran Dindik Kabupaten/Kota untuk melakukan pendataan. “Kirim data siswa berprestasi dari keluarga miskin ke Dinas Pendidikan Provinsi. Segera,” demikian instruksi yang diberikan Suwanto, saat menjawab pertanyaan Surya, Minggu (25/4) malam.

Mantan Kadis Infokom Jatim itu menambahkan, Dindik Jatim akan mengusulkan para siswa berprestasi itu untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dindik Jatim juga menjanjikan akan membantu siswa berprestasi dari keluarga miskin untuk bisa mendapatkan beasiswa khusus yang dianggarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, meskipun beberapa PTN saat ini telah menutup proses pendaftaran jalur Beasiswa Bidik Misi (BBM).

Seperti diberitakan sebelumnya beberapa PTN di Jatim, khususnya di Surabaya, telah menutup jadwal pendaftaran program BBM. ITS, Unesa, IAIN Sunan Ampel telah menutup pendaftaran dan tengah melakukan proses seleksi untuk segera mengumumkan calon mahasiswa yang berhak menempati kuota BBM. Sedangkan Unair sudah menutup jadwal pendaftaran calon mahasiswa BBM, tapi proses seleksi calon mahasiswa BBM Unair akan dijalankan melalui SNMPTN.

Program BBM sebenarnya telah disosialisasikan dan dibuka pendaftarannya sejak Februari lalu. “Saya minta dinas kabupaten/kota bisa lebih aktif mendata siswa berprestasi dari keluarga miskin, karena pada prinsipnya kami akan membantu mereka,” tegas Suwanto.


...more

Pemimpin Klub Poligami Klaim yang Datangkan Tsunami Aceh

Setelah menggemparkan dengan membuat klub poligami yang dilaunching di Bandung Oktober 2009 lalu, Global Ikhwan kembali bikin geger. Pemimpin spritual Global Ikhwan Abuya Asaari Muhammad Tamimi, mengklaim dirinyalah yang telah mendatangkan tsunami di Aceh Desember 2004 silam.

Pengakuannya dituangkan dalam buku berjudul 'Tsunami Membuktikan Abuya Putra Bani Tamimi (Satria Piningit)," yang diluncurkan 9 April lalu. Buku itu ditulis Hatijah Aam, yang tak lain salah satu istri Abuya Asaari Muhammad At Tamimi. Bertempat di Rumah Makan Sindang Reret, Jalan Surapati, Kota Bandung, Jumat (23/4/2010) malam, Global Ikhwan membedah buku tersebut.

Dalam buku setebal 83 halaman itu, Hatijah menulis bahwa Abuya telah memprediksi tsunami Aceh akan terjadi. Bukan hanya memprediksi, Abuya bahkan mengklaim dirinyalah yang telah mendatangkan tsunami itu. "Meski mengatakan tsunami miliknya, tapi Abuya sangat sadar bahwa Allah yang membuatnya. Abuya hanya pemimpin yang dipilih Allah," ujar Ketua Global Ikhwan Kota Bandung, Mochammad Umar, usai bedah buku, Jumat (23/4/2010) malam.

Sejak dilaunching 9 April lalu, penerbit baru memproduksi 3000 eksemplar dan akan terus ditambah. "Peredaran baru di kalangan intern Global Ikhwan saja, belum dijual bebas," sebut Umar.


...more

Mabes Polri: Perbesar Penis Sebabkan Kendala Saat Latihan

Mabes Polri punya alasan tersendiri mengapa anggotanya tidak boleh memperbesar penis. Anggota Polri yang penisnya diperbesar dapat terkendala saat mengikuti latihan.

"Seperti apabila kita mau latihan itu akan menjadi kendala, menjadi tidak normal dan tidak natural dan menjadi tidak sehat," ujar Wakadiv Humas Kombes Pol Zainuri Lubis kepada wartawan di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (23/4/2010).

Menurut Zainuri, untuk menjadi anggota Polri harus lulus sehat jasmani dan rohani. Seperti figur bentuk badan yang ideal, tinggi dan selisih berat badan, mata tidak juling, pendengaran harus bagus dan lulus psikotes.

"Seperti halnya tindik, kita kan ada etikanya juga," kata Zainuri.

Sebelumnya Kapolda Papua Irjen Pol Bekto Suprapto mengatakan, seseorang calon taruna bisa gagal menjadi polisi hanya gara-gara dirinya memperbesar alat kelaminnya.

Bekto pun berpesan kepada seluruh Bupati/Walikota di Papua, untuk memperhatikan hal tersebut. Dia menekankan faktor kesehatan tetap menjadi pertimbangan utama yang tak bisa ditawar untuk menjadi anggota Polri.


...more

Sunday, April 25, 2010

Berbekal Jimat, Pencuri Motor Tetap Roboh Diterjang Peluru

Meski berbekal berbagai jimat, namun Mukram Ferry Irawan (30), pelaku pencurian kendaraan bermotor ini tidak kebal peluru. Tubuh Mukram roboh setelah diterjang timah panas petugas.

Kini, jenazah Mukram, warga Desa Purorejo, Kecamatan Tempursari ini terbujur kaku di Kamar Mayat RS Bhayangkara Lumajang. 3 Timah panas polisi itu menembus pada bagian kaki, punggung dan kepala.

Mukram adalah residivis kambuhan yang kerap keluar masuk penjara. Bahkan pelaku ini menjadi otak serangkaian kejahatan curanmor, pembobolan sarang burung walet dan perampokan di jalanan.

Terkahir kali, pelaku, melakukan pencurian sepeda motor Suzuki Smash bernopol N 5565 ZB di Desa Kali Bendo, Kecamatan Pasirian. Polisi yang sulit mengedus keberadaan pelaku usai beraksi, terus melakukan penyilidikan dan pengintai di tempat pelaku biasa mangkal.

"Pelaku terpaksa dilumpuhkan karena sempat melawan petugas menggunakan clurit dan enggan menyerahkan diri," kata Wakapolres Lumajang, Kompol Elijas Hendrajana, saat ditemui detiksurabaya.com di Mapolres jalan Alun-Alun Utara, Rabu (21/4/2010).

Menurut Elijas, setelah dilumpuhkan, di tubuh pelaku ditemukan kunci T dan berbagai macam jimat. Dengan tewasnya otak pelaku curamor dan curas, polisi berharap masyarakat Lumajang Selatan kembali tenang.

...more

Ingin Masuk Surga, Pengikut Cukup Bayar Rp 1 Juta

Selain melarang pengikutnya untuk menjalankan salat dan puasa, aliran sesat di Probolinggo ini juga menjanjikan surga. Untuk masuk surga, pengikut aliran semacam tharikot ini cukup dengan membayar Rp 1 juta saja.

Ketua PCNU Kabupaten Probolinggo, Kiai Syaiful Hadi, saat dikonfrimasi menjelaskan, jika aliran semacam tharikot yang tidak diakui oleh NU. "Sesatnya aliran itu karena untuk masuk surga cukup dengan membayar Rp 1 juta," jelasnya saat konfirmasi detiksurabaya.com di rumahnya Desa Tongas, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Senin (19/4/2010).

Untuk masuk aliran tersebut, kata dia, pengikutnya dibait terlebih dulu. "Aliran ini sudah jelas-jelas sesat. Karena sudah menyimpang dengan aqidah Islam," tambahnya.

Melihat sesatnya aliran tersebut, Ketua PNCU Kabupaten Probolinggo mengimbau agar tak mudah terpengaruh dengan ajaran itu. "Kita imbau kepada masyarakat agar tak mudah percaya. Apalagi ajarannya sudah jelas-jelas menyesatkan," imbuh lelaki yang ahli dalam bidang kebatinan itu.

Kiai Syaiful Hadi menegaskan, aliran tersebut berpusat di Sidoarjo. Sedangkan Ketua Cabang Probolinggo bernama ustadz Zaenal Abidin. "Dialah yang menyebarkan ajaran itu di daerah Kecamatan Tongas," katanya.

Agar ajaran yang meresahkan masyarakat itu tidak semakin menjamur, pihaknya sudah melaporkan aliran itu ke Polres Probolinggo. "Kita sudah melaporkannya ke Polres," tandasnya.


...more

Thursday, April 22, 2010

Takut Jadi Sarang Teroris, Pembangunan Masjid Diprotes Warga

Pembangunan sebuah masjid di Dusun Paddusan, Desa Bangkal, Kabupaten Sumenep, Madura diprotes warga. Warga khawatir, masjid yang dibangun tanpa sepengetahuan warga ini akan dijadikan sarang teroris.

Dari informasi yang dihimpun dari warga, letak masjid yang saat ini tengah dalam pembangunan itu berada di dekat bukit desa setempat. Bahkan, para pekerja masjid berasal dari Sukoharjo dan wilayah Solo, Jateng.

Kepala Desa Bangkal, Moh Sirat menjelaskan, sejak tadi malam warga banyak mendatangi balai desa dan sempat melakukan rapat.

"Mereka mempersoalkan masjid tersebut karena dibangun tidak sepengetahuan warga sekitar. Saya pun khawatir jadi sarang teroris seperti yang ditayangkan di TV selama ini," kata Sirat, pada wartawan di balai Desa Bangkal, jalan Gapura-Bangkal, Sumenep, Jumat (16/4/2010).

Pantauan detiksurabaya.com, pembangunan masjid bernama Masjid Noruta Abdullah Jasim tersebut sudah mencapai 70 persen. Sayangnya, saat mencoba mencari keterangan siapa pemilik masjid tersebut, para pekerja lebih memilih dia.

Guna menghindari aksi anarkis yang dilakukan warga, kepala desa akhirnya memilih menghentikan pembangunan hingga mengetahui siapa pemilik ataupun yang bertanggungjawab dengan masjid tersebut.

"Karena warga tidak tahu adanya pembangunan masjid tersebut, dan khawatir dijadikan hal yang tidak diinginkan, maka pembangunan masjid tersebut saya minta dihentikan. Dan sejak hari ini tidak ada aktifitas," tegas Moh Sirat.


...more

Yang Ditabrak Pesawat di Curug Biker yang Nyelonong di Runway

Pesawat latih di Curug ternyata menabrak sepeda motor yang nyelonong di runway. Sepeda motor itu dikendarai penduduk yang mengambil jalan pintas.

"Pada saat pesawat mendarat, ada yang nyelonong, penduduk yang melintas dengan sepeda motor di landasan Bandara Budiarto Curug," ujar Kepala Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bambang S Ervan ketika dikonfirmasi detikcom, Senin (19/4/2010).

Apakah landasan tidak steril dan tidak ada pagarnya? "Itu yang sangat disesalkan bahwa mereka (penduduk) kadang-kadang ngambil jalan pintas menggunakan landasan. Biasanya ada pagar, dijebol. Padahal itu kan daerah restricted. Sangat disesalkan mereka harusnya tahu landasan bukan tempat perlintasan," kata dia.

Akibat insiden itu, kondisi pesawat berjenis TB 10 bernomor registrasi PK AGU itu total loss (rusak berat). Pesawat itu memuat 1 instruktur dan 1 siswa Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug di bawah Kemenhub.


...more