Tuesday, January 28, 2014

Di Indonesia Tak Ada Konflik Agama, Hanya Penertiban Tempat Ibadah

Ma'ruf Amin
Kompas.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Hubungan Antaragama, Dr KH Ma'ruf Amin, menyebutkan, dalam sejarah Indonesia tak pernah ada konflik agama.

"Di Indonesia tidak pernah terdapat konflik beragama, yang ada hanyalah penertiban rumah ibadah, kesenjangan ekonomi, penyimpangan beragama, dan masalah politik. Dari semua itulah kadang dimanfaatkan kelompok tertentu menjadi konflik agama," kata Ma'ruf dalam pertemuan dengan unsur pimpinan dan pejabat Provinsi Bengkulu, Kamis (23/1/2014).

Dalam beberapa riset yang dilakukan pemerintah, konflik beragama di Indonesia berakar dari persoalan tersebut, lalu ditarik oleh kelompok lain menjadi konflik agama untuk mendapatkan kepentingan tertentu. Meski demikian, ia menambahkan, kewaspadaan mesti ditingkatkan.

Menurutnya, ada empat bingkai kerukunan untuk mengurangi persoalan tersebut, di antaranya bingkai politis, dalam hal ini empat pilar kebangsaan, yakni Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, NKRI, dan UUD 45.

Bingkai kedua, lanjut Ma'ruf, ialah teologis, yang menyangkut keyakinan agama masing-masing dengan mengutamakan teologi kerukunan, bukan teologi konflik. "Tidak saja damai antaragama dan kepercayaan, tetapi menjaga sikap dan saling peduli satu sama lain," bebernya.

Bingkai ketiga ialah yuridis, berupa peraturan menteri yang telah disepakati oleh masing-masing majelis. Yang terakhir ialah bingkai sosiologis atau kearifan lokal. Indonesia, menurutnya, memiliki kearifan lokal pada masing-masing daerah.

"Di Batak dikenal dengan dalihan na tolu yang dikenal berfungsi merekatkan masyarakat walau berbeda agama. Begitu juga dengan Bugis dan Ambon," jelasnya.
...more

Wednesday, January 22, 2014

Caleg PKS "Dompleng" Kampanye di Lokasi Banjir, Kata Tifatul Bukan Dosa Besar

Wirianingsih
Kompas.com - Anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera Tifatul Sembiring angkat bicara soal dugaan kampanye yang dilakukan calon anggota legislatif (caleg) PKS Wirianingsih di lokasi banjir di Ibu Kota. Menurutnya, kampanye di tengah lokasi bencana alam memang tidak etis, tetapi bukan sebuah dosa besar jika dilakukan.

“Saya melihat memang tidak perlu melakukan itu (berkampanye), tapi itu juga bukan dosa besar jika dilakukan,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika ini di Kompleks Parlemen, Senin (20/1/2014).

Tifatul meminta agar masyarakat tidak berlebihan dalam menanggapi peristiwa ini. “Enggak perlu lebay,” katanya.

Menurut Tifatul, apa yang dilakukan Wirianingsih bagian dari upaya memberikan bantuan kepada masyarakat, salah satunya dengan membagikan biskuit dari Kementerian Kesehatan berstiker dirinya. Tifatul mengakui, stiker kampanye itu memang seharusnya tidak ditempel.

“Memang perlu dihapus kalau soal itu, tapi tidak usah ditanggapi berlebihanlah,” ujar mantan Presiden PKS ini.

Seperti diberitakan, di lokasi banjir beredar biskuit dari Kementerian Kesehatan. Di bungkus biskuit itu terpampang stiker bergambar Wirianingsih dengan tulisan "Bantuan ini diperjuangkan dan diusahakan oleh Dra Wirianingsih, MSi, Anggota DPR RI Komisi IX Fraksi PKS Periode 2009-2014. Caleg DPR RI Dapil DKI 3. Cerdas-Ramah-Peduli".
Foto ini ditemukan di kawasan Kedoya, Jakarta. Menanggapi hal itu, Wirianingsih mengklaim tidak tahu-menahu dengan pemberian biskuit gratis berfoto dirinya itu.
"Saya tidak tahu dan tidak menduga," ujar Wirianingsih di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (20/1/2014).
Ia mengatakan, hal itu tidak melanggar undang-undang. Ia juga mengklaim tidak pernah menginstruksikan penggunaan atribut kampanye. "Saya berprasangka saja, kalau teman-teman di lapangan berniat baik," katanya.
...more

Sunday, January 19, 2014

Pemkot Bengkulu Bikin Perda Wajib Shalat Jumat

Helmi Hasan
Kompas.com - Pemerintah Kota Bengkulu menyiapkan rancangan Peraturan Daerah yang mewajibkan warga untuk shalat Jumat. Jika tidak, warga akan dikenai sanksi.

"Iya, saat ini Perda tersebut sedang kita siapkan. Nama Perdanya 'Bengkuluku Religius', tidak saja shalat Jumat wajib berjemaah, tapi shalat lima waktu juga diwajibkan. Perda wajib pajak saja ada apalagi perda wajib shalat berjemaah, tentu harus ada juga," kata Kepala Kementerian Agama Kota Bengkulu, Mukhlis, Jumat (17/1/2014).

Mukhlis mengatakan, pembuatan Perda tersebut merupakan tekad dari Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan guna meningkatkan keimanan menuju Bengkulu yang religius.

Saat ini, shalat Jumat wajib tersebut telah diterapkan di lingkungan Pemkot Bengkulu.

Pelaksanaan shalat Jumat wajib tersebut telah diinstruksikan wali kota kepada tiap-tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Dalam satu bulan, tepatnya Jumat pertama, tiap-tiap SKPD wajib shalat Jumat berjemaah di masjid yang telah ditentukan.

Direncanakan juga dalam perda tersebut diatur mengenai sanksi bagi masyarakat yang tidak menaati. Namun, sanksi tersebut saat ini masih dalam tahap pembahasan di instansi terkait.
...more

Friday, January 17, 2014

Ani: Ibu Jokowi dan Ibu Ahok ke Mana Ya? Koq Saya yang Dimarahi?

Kompas.com - Ibu Negara Ani Yudhoyono kembali menjadi pergunjingan di sejumlah media sosial, seperti Twitter, Path, dan Instagram. Pemicunya tak jauh dari kebiasaan Ani saat menjawab komentar para follower-nya di Instagram.

Jika sebelumnya Ani sempat “marah-marah” kepada follower-nya karena komentar di foto sang cucu Aira, foto putra bungsunya Ibas, dan foto keluarga besar Yudhoyono yang mengenakan baju batik di pantai, kali ini Ibu Ani bersikap sama kepada seorang follower-nya yang menulis komentar di foto cucu bungsunya, Airlangga Satriadhi Yudhoyono.

Kejadian berawal pada Selasa (14/1/2014), saat Ani mengunggah foto Airlangga yang sedang memainkan piano mainan. Lazimnya setelah Ibu Ani mengunggah sebuah foto, beragam komentar pun mengalir dari para pengikutnya.

Nah, ketika para follower-nya mengomentari Airlangga yang terlihat lucu di foto tersebut, seorang follower pemilik akun @zhafirapsp malah menulis komentar yang tak berhubungan dengan foto tersebut. Dalam komentarnya, Zafira menulis, "Di saat rakyatnya yang sedang kebanjiran, Ibu Ani malah sibuk dengan akun instagramnya :))"

Komentar @zhafirapsp ini yang lantas dijawab oleh Ani. “Lho Ibu Jokowi dan Ibu Ahok ke mana ya? Koq saya yang dimarahi,” kata Ani.

Follower Ibu Ani yang lain kemudian ikut membela sang Ibu Negara. “Ibu Ani juga manusia biasa yang memiliki hak untuk beraktivitas di luar tugas negara. Malah akan naif jika masyarakat diurus tetapi anak dan cucu malah terlantar. Foto ini bisa saja sebelum banjir melanda sudah diambil, dan harus berimbang jugalah,” tulis pemilik akin @awanxbaia.

Tak lama kemudian komentar yang ditulis @zhafirapsp itu hilang dari foto tersebut.

Sebelumnya, beberapa bulan lalu, Ani pernah mengunggah foto jepretannya, yakni Ibas yang tengah bermain air dengan Airlangga di kolam renang. Ketika itu, Ibas menggunakan baju renang lengan panjang seperti hendak menyelam meski berada di kolam yang dangkal.

Seorang pengguna akun pun bertanya kepada Ani, dan langsung dijawab sinis. Tak berhenti di situ, pada medio Oktober 2013, Ani juga tak bisa menahan amarahnya ketika ada seorang pengikut akun Instagram berkomentar soal pakaian batik yang dikenakan keluarganya di Pantai Klayar. Ibu Ani bahkan sempat mengeluarkan kata "bodoh" kepada komentator itu.

Pada Agustus 2013, Ibu Ani juga sempat berdebat dengan pengikutnya yang mengira foto Almira Tunggadewi yang akrab disapa Aira di Istana Merdeka adalah hasil pengeditan.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha pernah mengatakan, lantaran Instagram merupakan forum terkait dunia fotografi, seyogianya komentar yang disampaikan mengenai teknik-teknik fotografi. "Bukan hal-hal lain yang secara substansial tidak berhubungan dengan teknik fotografi," kata Julian beberapa waktu lalu.
...more

Thursday, January 16, 2014

Suryadharma Ali: Indonesia Tidak Toleran, Realitas atau Rekayasa?

Kompas.com - Menteri Agama RI Suryadharma Ali mengaku bingung dengan pandangan yang menganggap Indonesia adalah negara yang tidak toleran atas keberagaman. Menurutnya, pandangan itu tidak mencerminkan realitas mayoritas masyarakat Indonesia yang hidup rukun dalam keberagaman.

“Ada yang bilang Indonesia intoleran. Ini realitas apa rekayasa sebenarnya? Karena saya lihat, keliling Indonesia, kerukunan itu masih terjaga," ujar Suryadharma saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Kamis (9/1/2014).

Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mencontohkan kampanye gerak jalan kerukunan antarumat beragama di Jakarta beberapa waktu lalu yang diikuti 150.000 warga lintas elemen.

Dengan bangga, Suryadharma juga menunjukkan sebuah piagam penghargaan dari Museum Rekor Dunia yang diberikan oleh Jaya Suprana tanggal 5 Desember untuk kategori gerak jalan dengan jumlah massa terbanyak di dunia. Gerakan ini, lanjutnya, juga dilakukan di Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Maluku.

"Jadi, bisa dilihat kan betapa baiknya kerukunan di sini," kata Suryadharma.

Sebagai Menteri Agama, Suryadharma juga sengaja meluangkan waktu untuk mendatangi perayaan hari suci umat agama selain Islam. Saat hadir, Suryadharma juga sengaja mengenakan peci untuk menunjukkan umat Muslim yang terbuka.

"Sekarang ini menterinya dari partai politik Islam loh, mau datang ke acara umat lain. Saya perlihatkan, saya Islam, tapi saya toleran," katanya.

Menurut Suryadharma, pandangan yang menganggap Indonesia tidak toleran hanya dilihat dari kelompok kecil saja. Misalnya, kasus terorisme yang terjadi di Indonesia berkontribusi menciptakan citra Indonesia sebagai negeri yang tidak toleran.

"Padahal, kita sendiri yang Islam marah dengan aksi terorisme itu," kata Suryadharma.

Seperti diberitakan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mencatat peningkatan kasus pelanggaran terhadap kebebasan beragama sepanjang tahun 2012. Dari 541 pelanggaran atas kebebasan beragama, sebanyak 274 kasus terjadi pada tahun 2012.

Data ini dikeluarkan Komnas HAM pada Mei 2013. Sementara dari laporan Amnesty International tahun 2012, Indonesia masih disorot di enam wilayah terkait pelanggaran hak dasar, di antaranya penggunaan kekerasan oleh polisi dan tentara, tekanan terhadap kebebasan berekspresi, pelanggaran atas kebebasan beragama, pembatasan hak-hak perempuan, impunitas, dan hukuman mati.
...more

Sunday, January 05, 2014

Pencantuman Agama di KTP Bukan Mendiskreditkan, Tapi Melindungi Masyarakat

Nasaruddin Umar
Detik.com - Beberapa saat yang lalu, bergulir wacana mengenai penghilangan identitas agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP). Terjadi pro dan kontra di masyarakat mengenai wacana tersebut, sehingga Kementerian Agama merasa perlu memberikan tanggapan.

"Pendapat saya pribadi, di Indonesia kan mayoritas Islam dan ada aturan Islam yang menyebutkan tidak boleh kawin dengan orang yang berbeda agama. Kalau dihilangkan nanti ada orang muslim kawin setelah itu baru tahu pasangannya beda agama nanti perkawinannya batal," ujar Wakil Menteri Agama Nasarudin Umar saat ditemui di Gedung Kementerian Agama, Jakpus, Jumat (3/1/2014).

Selain itu, dengan dihilangkannya kolom agama di KTP akan menimbulkan permasalahan baru, yakni melanggar ketentuan yang sudah diatur di dalam Undang-undang. Hal tersebut dapat terjadi apabila pasangan menikah harus bercerai dan sang anak harus diadopsi oleh salah satu orangtua.

"Itu melanggar UU No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, sah jika dilakukan menurut agama masing-masing. Lalu UU Perlindungan Anak yang salah satunya menyebutkan anak harus diadopsi oleh orangtua yang seagama dengan anaknya," paparnya.

Selain itu, menurut Nasrudin, pencantuman agama di KTP merupakan cara untuk memberikan identitas kepada setiap masyarakat. Pencantuman agama juga dianggap dapat melindungi masyarakat dari berbagai persoalan yang terjadi apabila agama masing-masing individu tidak dicantumkan.

"Apa yang ada selama ini sudah bagus, nanti kalau ada persoalan secara kasus ya diselesaikan secara kasus. Jangan membuat sesuatu yang sudah universal, semua pihak perlu kearifan, jadi bukan mendiskreditkan tapi demi melindungi masyarakat," pungkasnya.
...more

Saturday, January 04, 2014

Sejoli di Aceh Diamankan karena Berduaan di Dalam Mobil Berkaca Gelap

Detik.com - Petugas Satpol PP dan Wilayatul Hisbah (WH) Kota Banda Aceh mengamankan sepasang muda-mudi yang sedang berduaan di dalam mobil di Kawasan Kuta Alam, Banda Aceh, Kamis (2/1/2014). Saat diamankan, mereka masih menggunakan pakaian lengkap.

Kasi Penegak Peraturan Syariat Islam, Effendi, mengatakan kedua insan berlainan jenis itu diamankan karena sedang berduaan di dalam mobil berkaca gelap. Keduanya dipergoki petugas yang sedang berpatroli.

Penangkapan kedua insan tersebut dilakukan sekitar pukul 11.30 WIB di pinggir sungai Kawasan Kuta Alam Banda Aceh. Saat itu, petugas yang sedang berpatroli curiga melihat sebuah mobil dengan kaca gelap parkir di dekat sungai.

"Saat dilihat di dalamnya ada dua orang berlainan jenis yang diduga non-muhrim. Saat diamankan mereka masih berpakaian lengkap," kata Efendi, saat dihubungi detikcom, Kamis (2/1/2014).

Keduanya dibawa petugas ke kantor Satpol PP dan WH Kota Banda Aceh untuk pemeriksaan. Hingga saat ini, kedua insan berlainan jenis itu masih menjalani pemeriksaan di kantor Satpol PP dan WH.

"Untuk nama dan alamatnya saya belum tahu. Karena masih diperiksa sama penyidik," ungkap Efendi.
...more

Friday, January 03, 2014

Kumpul Kebo, Pasangan Mahasiswa Ditangkap Massa

Ilustrasi
Kompas.com - Sepasang mahasiswa perguruan tinggi negeri di Bengkulu, MH (19) dan Na (18), Rabu (1/1/2014) sekitar pukul 19.00 WIB, ditangkap massa. Dua mahasiswa ini diduga sebagai pasangan kumpul kebo.

Pasangan tersebut ditangkap saat MH berada di rumah kontrakan Na, yang berada di Kelurahan Pagar Dewa, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu.

Dituturkan oleh Afrianto, salah seorang warga yang ikut menangkap pasangan tersebut, NA baru 3 bulan tinggal di daerah mereka. "Kabarnya dia diusir dari kontrakan yang lama karena kasus serupa," kata Afrianto.

Sejak Na pindah ke kelurahan itu, MH hampir setiap hari bertandang ke rumah Na sampai menginap bermalam-malam. Warga telah berupaya memberikan peringatan, jika bertamu, maka pintu kontrakan hendaknya tidak dikunci dari dalam. MH juga diingatkan untuk pulang jika hari sudah malam.

"Dinasihati, keduanya cuek saja. Jadi, warga merasa terganggu dan risih melihat perilaku keduanya," tambah Afrianto.

Dituturkan juga bahwa setiap pagi, warga selalu memperhatikan kegiatan Na, yang selalu mencuci pakaian milik MH, termasuk pakaian dalam, seperti celana dalam dan singlet pria, padahal keduanya bukan suami-istri.

Penangkapan sengaja dilakukan oleh warga seusai maghrib. Memang, keduanya ditangkap massa dalam kondisi berpakaian lengkap. Saat penangkapan pun ada rekan Na, seorang mahasiswi berinisial Ek (18).

"Pada saat ditangkap massa, kami tidak melakukan apa-apa, hanya bermain laptop. MH mampir saja ke rumah Na," bela Ek.

MH menolak dikatakan pernah menginap di kontrakan milik Na. "Saya memang sering datang ke kontrakan pacar saya, tetapi tidak pernah sampai menginap," kata dia. Keduanya diminta oleh warga dan ketua RT setempat untuk membuat perjanjian tidak akan mengulangi tindakan serupa atau akan diusir dari kelurahan tersebut.
...more

Thursday, January 02, 2014

Sebuah Gereja di Sumedang Diancam Dibongkar

Kompas.com - Kasus intoleransi kembali terjadi. Selasa (31/12/2013) siang, Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, diancam dibongkar oleh sekelompok massa.

Sekitar pukul 11.00, massa mulai berkumpul di depan gereja yang terletak di Jalan Raya Rancaekek, Desa Mekargalih, Kecamatan Jatinangor, itu. Mereka menuntut Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumedang segera membongkar bangunan gereja karena gereja itu belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).

Jika tuntutan tak dipenuhi, mereka mengancam membongkar paksa bangunan gereja. Berdasarkan pantauan Kompas, tampak puluhan polisi beserta aparat TNI berjaga-jaga di depan gereja. Aksi kekerasan bisa dihindari setelah pihak kepolisian, aparat desa, dan aparat kecamatan menggelar dialog bersama perwakilan massa dan pengurus gereja.

Salah seorang pengurus GPdI Jatinangor, Corry Maukar, mengatakan, berdasarkan dialog tersebut, semua pihak sepakat menyerahkan penanganan masalah ini kepada Bupati Sumedang. “Untuk sementara, kami sepakat menghentikan ibadah di gereja ini,” ujarnya.

Corry mengatakan, jemaat GPdI Jatinangor sudah beribadah di bangunan itu sejak tahun 1987. Pada 2002, para jemaat mendirikan bangunan gereja baru di samping bangunan lama. Sejak awal, kata Corry, pengurus gereja telah mencoba mengurus IMB untuk bangunan baru itu. Namun, selama bertahun-tahun, izin tersebut tak kunjung keluar.

“Kami sudah mendapatkan tanda tangan persetujuan warga sekitar namun pengurusan IMB dipersulit oleh aparat desa sehingga izin bangunan ini tak kunjung keluar,” kata Corry.

Dia menambahkan, gangguan terhadap jemaat GPdI Jatinangor muncul sejak 2011. Sejak itu, gereja tersebut kerap mendapat teror dan ancaman. Teror terakhir terjadi pada 17 Desember lalu saat sekelompok massa merusak dan mengambil berbagai perlengkapan gereja.

Camat Jatinangor Bambang Rianto mengatakan, penanganan masalah tersebut diambil alih oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Sumedang. “Tentu kami berharap masalah ini bisa diselesaikan dengan baik,” katanya.
...more