Monday, July 15, 2013

3 Pasangan Mesum Digelandang Petugas

Kompas.com - Tiga pasangan mesum digerebek saat berduaan di kamar hotel kelas melati, di Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Mereka lantas digelandang petugas ke kantor Satpol PP setempat, Sabtu (13/7/2013).

Meski mereka mengaku sebagai pasangan suami istri muda, namun mereka tetap digiring petugas lantaran mereka tak bisa menunjukkan bukti identitas pernikahan mereka.

Saat diinterogasi petugas, pasangan itu tak mengenal nama mertua masing-masing. Sejumlah pasangan yang digerebek petugas ini tampak gugup ketika melihat puluhan petugas menggerebek.

Sementara itu, sejumlah pasangan lainnya tampak santai saja ketika kamarnya digerebek petugas. Ketiga pasangan yang sedang dipergoki petugas ini bersumpah sebagai pasangan suami istri.

Mereka sempat menolak saat petugas meminta mereka ke kantor Satpol PP. Namun pada akhirnya para pasangan itu menurut.

Pasangan yang diinterogasi petugas secara terpisah memberi keterangan yang berbeda. Meski tak diganjar hukuman, namun ketiga pasangan ini baru dibebaskan setelah dijemput keluarga atau orang tua masing-masing dan membuat surat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Nursaid, Kepala Kantor Kesbang Polewali Mandar menyebutkan tiga pasangan ini digerebek secara terpisah. “Razia pekat (penyakit masyarakat) ini akan terus kita gencarkan untuk menertibkan penyakit masyarakat, termasuk peredaran miras, petasan," ujarnya.

Penderita HIV/AIDS tak seharusnya dapat obat gratis

Wirianingsih
Sindonews.com - Di tengah pembahasan alot soal kesiapan penyelenggaraan Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS), anggota Komisi IX DPR RI, Wirianingsih melontarkan pandangan berbeda.

Menurut dia, tidak seharusnya pemerintah memberikan fasilitas obat gratis kepada perokok, pengidap HIV/AIDS, dan pengguna narkoba.

"Ada penyakit seperti HIV/AIDS kok malah dapat obat gratis? Harusnya mereka ada semacam punishment (sanksi) karena kesalahan mereka sendiri tidak menerapkan pola hidup sehat," kata Wirianingsih di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (10/7/2013).

Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan, seharusnya orang-orang atau kelompok orang yang menerapkan pola hidup sehat, yang berhak menerima obat gratis.

"Masyarakat yang menerapkan pola hidup sehat itu yang berhak dapat obat gratis. Jadi, sebaiknya pemerintah terapkan punishment atau sanksi bagi mereka yang kena HIV/AIDS itu," sambung dia.

Terkait kesiapan penyelenggaraan BPJS, PKS sebelumnya mendorong pembentukan panitia kerja (Panja), dengan tujuan memastikan kesiapan setiap komponen untuk mendukung penyelenggaraan BPJS tersebut.

Dengan adanya Panja BPJS diharapkan ada kepastian bahwa BPJS diselenggarakan dengan kesiapan, baik dari sisi perundang-undangan maupun dari tenaga kesehatan yang akan terlibat dalam pemberian pelayanan pada saat BPJS dilaksanakan kelak.
...more

Picu Konflik, Rumah Makan Buka Siang Hari Saat Puasa

Kompas.com - Kepala Polres Tasikmalaya AKBP Widjonarko meminta pengusaha rumah makan di wilayah Tasikmalaya tak membuka usahanya pada siang hari, selama bulan puasa.

Langkah itu dinilai penting demi menghindari konflik internal masyarakat yang rawan terjadi di wilayah Tasikmalaya.

"Warung-warung yang buka usahanya siang hari selama puasa di sini (Tasikmalaya), bisa memicu kondisi yang tidak kondusif," kata Widjonarko kepada sejumlah wartawan di Mako Polres Tasikmalaya, Jumat (12/7/2013).

Kepolisian nantinya akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan penegak hukum lainnya, untuk melakukan penertiban rumah makan yang buka di siang hari. Hal itu, demi terciptanya keamanan dan ketertiban, serta kondusivitas daerah.

"Diharapkan bagi pemilik warung makan untuk bisa menghargai warga muslin yang berpuasa," kata Widjonarko.

Selain itu, kata Kapolres, pihaknya akan menggelar beberapa operasi penertiban lainnya selama bulan puasa. Misalnya, penertiban balapan liar, maraknya petasan berbahaya, dan mendirikan pos penjagaan di beberapa titik jalan yang disinyalir rawan kecelakaan.

"Kita pun sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi Jawa Barat, dan meminta jalan yang saat ini sedang diperbaiki untuk bisa selesai pada H-10 lebaran nanti," kata dia.
...more

Monday, July 08, 2013

Massa FPI dan JAT di Mojokerto Sweeping Pedagang Miras

Detik.com - Aksi sweeping yang dilakukan ratusan massa Front Pembela Islam (FPI) dan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) semakin memanas. Massa yang mayoritas berbaju putih dan kopiah pecahkan botol miras di hadapan penjualnya.

Pantauan detikcom, massa yang sebelumnya sweeping Hotel Sun Palace ini tiba di Pasar Tanjung di Jl Residen Pamuji, Kota Mojokerto. Massa langsung mendatangi pedagang miras yang saat itu terlihat oleh mereka.

Tanpa babibu, massa langsung mengambil miras yang disimpan di gudang dan langsung memecahkannya. Polisi yang ada di sekitar massa hanya mecoba meredam aksi perusakan tersebut.

"Jangan ikut-ikut melarang kami. Ini sudah perintah Allah,” kata seorang anggota JAT kepada aparat kepolisian.

Puas memecahi botol-botol miras, massa memperingatkan kepada pemilik toko agar mengosongkan miras dagangannya. Terlebih pada bulan Ramadan nanti.

"Ramadan harus steril tak ada miras," kata Ketua DPW FPI Mojokerto, Abdul Manan kepada pemilik toko.

Sembari meneriakkan takbir, massa membubarkan diri. Mereka dikawal ketat aparat kepolisian bersenjata api dan gas air mata. Tak ada komentar dari kepolisian perihal ulah anarkisme massa FPI dan JAT ini.
...more

Dana BLSM di Desa Ini "Disunat" Rp 20.000

Kompas.com - Kepala Desa Panglegur, Kecamatan Tlanakan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, membenarkan bahwa dia menarik uang sebesar Rp 20.000 dari  penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).

Namun, Kades Panglegur Mistai menegaskan bahwa permintaan sumbangan itu berdasarkan kesepakatan dengan warga. Mereka mengumpulkannya kepada Mistai sehari sebelum pencairan BLSM. Alasannya, belum ada dana bantuan dari pemerintah untuk membangun desa.

Meskipun demikian, dia mengakui permintaan sumbangan itu hanya berlaku pada penerima BSLM, yang berjumlah 522 orang. Sementara itu, warga yang tidak menerima BLSM tidak dikenai sumbangan.

Kades Panglegur, Mistai, mengatakan uang itu merupakan sumbangan untuk membangun kantor desa, membeli peralatan kantor desa seperti meja dan kursi, serta penyambungan aliran listrik.

“Karena jembatan menuju balai desa sudah rusak dan tidak ada penerangan listrik serta kursi beserta mejanya (rusak), maka saya mintakan sumbangan kepada mereka,” kata Mistai saat ditemui di rumahnya, Kamis (4/7/2013).

Dikatakan Mistai, warga yang tidak menerima BLSM juga akan dimintai sumbangan. Sejalan dengan itu, desa juga akan mengajukan proposal kepada Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk pembangunan balai desa.

“Kalau sudah ada bantuan dari Pemkab Pamekasan, tidak perlu masyarakat dimintai sumbangan lagi. Cukup yang penerima BLSM saja,” terangnya.

Sementara itu, Juhaini, Wakil Ketua Komisi D DPRD Pamekasan mengatakan, permintaan sumbangan dengan memanfaatkan pencairan BLSM untuk pembangunan kantor desa sangat tidak masuk akal. Apalagi, kantor desa Panglegur sudah dibangun oleh Pemkab Pamekasan.

Tidak hanya itu, permintaan sumbangan itu tidak selayaknya dilakukan kepada warga miskin. Sebab, BLSM itu program pemerintah untuk warga miskin, bukan untuk disumbangkan demi pembangunan fasilitas pemerintah.

“Sangat tidak masuk akal alasan Kades Panglegur itu. Apalagi yang dimintai sumbangan hanya penerima BLSM saja. Orang miskin jangan dibebani untuk membangun negeri ini,” terangnya.

MN, salah satu warga yang enggan disebutkan identitasnya mengaku tertekan atas sumbangan yang diminta kepala desanya. Apalagi ada "kasak-kusuk" bahwa yang tidak menyumbang, BLSM-nya akan dialihkan kepada orang lain.

Seperti diberitakan, ratusan warga Desa Panglegur, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Jawa Timur, penerima Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) mengeluhkan adanya pungutan sebesar Rp 20.000 per orang.
...more

Dua Calon Siswa Polri Penyuap Tetap Lulus?

Ilustrasi
Kompas.com - Dua calon siswa Polri yang tertangkap menyuap Ajun Komisaris Polisi (AKP) Bambang Samiono ternyata tetap lulus, dan bahkan kini telah bertugas di jajaran Polda Sulselbar.

Padahal sebelumnya, Polda Sulselbar telah menyatakan kedua calon siswa yang melakukan penyuapan langsung didiskualifikasi, atau tidak lagi mengikuti seleksi menjadi anggota Polri.

Lulusnya kedua penyuap yang terlibat dalam kasus AKP Bambang Samiono ini pun dibenarkan oleh Kepala Polres Selayar, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Hidayat yang dulunya bertugas sebagai Bimbingan Hukum (Binkum) Polda Sulselbar serta jaksa Kejaksaan Negeri (Kejari) Makassar, Grefik.

Menurut Hidayat --yang dulunya pengacara Bambang, kasus suap tetap bergulir, tapi dua calon siswa yang penyuap terus mengikuti seleksi, dan kini telah menjadi anggota Polri.

"Saya sudah lupa namanya, tapi dua orang casis Polri penyuap Bambang itu lulus. Saya juga tidak tahu di mana dia tugas sekarang, yang jelas masih di jajaran Polda Sulselbar," ungkap mantan Kepala Satuan Lalulintas Polrestabes Makassar ini.

Senada dengan yang dikemukakan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Grefik yang menangani kasus Bambang membeberkan informasi yang dia peroleh. Kedua calon siswa Polri itu memang lulus seleksi.

Lulusnya kedua orang itu disadari belakangan hari, setelah perkara suap ini mempunyai kekuatan hukum tetap di Pengadilan Tindak Pindak Pidana Korupsi (Tipikor) Makassar.

"Saya dapat info, katanya dua casis itu lulus dan sudah menjadi anggota Polri. Saya heran juga, kenapa kedua casis itu tidak dijadikan tersangka maupun saksi, padahal dia sebagai penyuap. Coba cek sendiri dek di Polda Sulselbar, soalnya dalam berkas tidak ada nama kedua casis itu. Saya sudah periksa ulang ini," kata Grefik.

Sementara itu, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Sulselbar, Komisaris Besar (Kombes) Polisi Endi Sutendi yang dikonfirmasi mengaku belum mengetahui lulusnya kedua calon siswa Polri yang terkait dengan AKP Bambang Samiono.

"Saya belum tahu dek, jika kedua casis itu lulus. Saya juga tidak tahu namanya, tapi nantilah dicek kembali," kata Endi singkat.
...more

Wednesday, July 03, 2013

Ini Pendapat Menag soal Aksi Siram Munarman ke Tamrin Tomagola

Kompas.com - Menteri Agama Suryadharma Ali (PPP) ikut berkomentar mengenai peristiwa penyiraman Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman terhadap Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola pada akhir pekan lalu. Apa pendapatnya?

Menurut Suryadharma, Munarman adalah sosok idealis. Meski kerap berdebat keras, kata Suryadharma, Munarman mengimbanginya dengan fakta.

Sebaliknya, ujar Suryadharma, Tamrin adalah cendekiawan yang menurutnya tak pandai mengontrol diri karena menyela pembicaraan saat berdebat.

"Munarman idealis, tapi memperlihatkan fakta, lalu Tamrin ini menurut saya cendekiawan yang kurang bisa mengontrol diri," kata Suryadharma seusai menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (1/7/2013).

Lebih jauh, Suryadharma menilai dua presenter TV One dalam acara Apa Kabar Indonesia Pagi perlu juga mendapat sorotan. Pasalnya, kedua presenter itu menciptakan perdebatan panas dengan memanfaatkan metode konflik yang membenturkan tiga kepentingan berbeda.

Tiga kepentingan yang dimaksud Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan ini adalah kepentingan kedua narasumber dan kepentingan acara itu sendiri. "Semakin tajam, semakin sukses, dan itu sampai pada klimaksnya. Dari sisi TV One, saya lihat ini sukses. Karena sekarang ini ada kecenderungan membangun talkshow dari metode konflik, presenter melebihi pembicara, kadang malah seperti penyidik," ujarnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Juru Bicara FPI menyiram secangkir air kepada pengamat sosial, Tamrin Amal Tomagola, Jumat (28/6/2013) pagi. Insiden ini terjadi saat keduanya menjadi narasumber perbincangan Apa Kabar Indonesia Pagi, yang disiarkan langsung oleh TV One.

Munarman dan Tamrin hadir membahas topik pelarangan sweeping di tempat hiburan malam selama bulan Ramadhan. Silang pendapat keduanya terjadi saat membahas aksi sweeping itu.
Munarman menyatakan tak sependapat dengan apa yang dilontarkan Tamrin. Penyiraman terjadi ketika Tamrin menyela Munarman yang tengah memaparkan pendapatnya.

Merespons insiden ini, TV One, melalui akun @akipagi_tvone, menyampaikan permintaan maaf. Sementara itu, melalui akun Twitter @tamrintomagola, Tamrin menyatakan tak mau melayani preman. "Biarkan publik yg menilai n beri hukuman sosial yg setimpal. Sy tdk mau melayani preman," tulis Tamrin setelah acara berlangsung.
...more

Monday, July 01, 2013

JK: Kabut Asap Masalah Alam, Tak Harus Minta Maaf

Detik.com - Kebaran lahan di Riau dan menyebabkan kabut asap, merupakan peristiwa alam. Maka tidak perlu Presiden SBY meminta maaf kepada Malaysia dan Singapura yang sebagian warganya terganggu akibat kabut asap 'kiriman' dari wilayah Indonesia tersebut.

Demikian penilaian Jusuf Kalla tentang polemik permintaan maaf Presiden SBY. Mantan Wapres RI yang kini menjabat sebagai Ketua PMI ini ditemui wartawan di Kantor KPK, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Kamis (27/6/2013).

"Saya pernah mengatakan dulu ini masalah alam, jadi tidak harus meminta maaf," ujar JK usai menjenguk Gubernur Riau di Rutan KPK.

Menurutnya, bukan permintaan maaf yang diperlukan melainkan upaya bersama untuk mengatasi kebakaran. Malaysia dan Singapura harus ikut terlibat dalam proses tersebut.

"Jadi usaha keras lah secara bersama-sama. Malaysia dan Singapura harus sama mengatasi itu dong," tegas JK.
...more

Macet Parah karena Pengajian, Duren Tiga-Pejaten Hanya Bisa Via Busway

Detik.com - Kegiatan pengajian yang diadakan di Duren Tiga, Jakarta Selatan menyebabkan kemacetan panjang. Pengajian yang digelar di satu ruas jalan arah Duren Tiga-Ragunan itu menutup jalan sepanjang tiga kilometer.

Pantauan detikcom, hingga pukul 00.30 WIB, Minggu (30/6/2013) pengajian masih berlangsung. Kemacetan sudah terjadi di perempatan Mampang. Semakin ke selatan, intensitas kemacetan semakin bertambah.

Sampai di perempatan Duren Tiga, kendaraan dari arah Mampang hanya bisa melewati jalur busway, sehingga kemacetan panjang tak terelakkan. Di tengah ratusan peserta pengajian, terlihat beberapa pedagang yang menjajakan barang dagangannya di tengah-tengah badan jalan.

Jalur busway dari arah Ragunan - Mampang pun terpaksa digunakan untuk dilewati kendaraan yang menuju arah Ragunan. Tetapi usaha pemberlakuan jalur lawan arah ini belum bisa mengurai kemacetan yang sudah terlanjur mengular.

Dalam spanduk yang berada di tengah-tengah para jemaah tertulis 'Jamaah Nurul Mustofa' . Tidak terlihat petugas kepolisian yang mengatur lalu lintas di sekitar tempat berlangsungnya kegiatan pengajian itu.
...more

Muslimah HTI Tolak Miss World 2013 di Bali

Kompas.com - Kaum muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) DPD Jawa Timur menolak kontes kecantikan Miss World 2013 digelar di Indonesia, tepatnya di Bali, September mendatang. Jika kontes itu tetap digelar, maka Indonesia dinilai mendukung upaya sistematis untuk melegitimasi pelecehan terhadap martabat perempuan.

"Lewat ajang ini perempuan dikatakan maju ketika mengekspos dirinya yang disebut dengan brain, body, dan behaviour. Padahal kecerdasan dan tingkah laku mustahil dilihat dalam waktu yang singkat,” ujar Koordinator Lajnah Khusus Mubalighoh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, DPD Jatim, Azifah Al Hikmah, di Surabaya, Minggu (30/6/2013).

Pihaknya memandang, ada kepentingan bisnis di balik kontes Miss World. Ketika kecantikan diakui, maka si pemenang bisa menjadi alat untuk memasarkan produk-produk tertentu. “Ini upaya eksploitasi perempuan atas nama kecantikan, bukan mengangkat harkat/martabat, karena itu acara ini tidak boleh digelar,” tegasnya.

Azifah khawatir, jika digelar di Indonesia maka Indonesia akan menjadi kiblat liberalisme budaya. Karena Indonesia merupakan negara dengan penduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia maka secara tidak langsung Indonesia menjadi representatif kaum Muslim di dunia. Oleh karena itu, apa pun yang Indonesia lakukan akan selalu dikaitkan dengan Islam.

Kontes kecantikan yang akan menghadirkan 137 kontestan perempuan dari seluruh dunia itu sebelumnya juga diprotes kalangan Majelis Ulama Indonesia. Sementara penyelenggara lokal sudah menegaskan akan melarang kontestan memakai bikini untuk menghormati budaya lokal.
...more

Di Acara "Live TV One", Munarman Siram Tamrin Amal Tomagola