Showing posts with label Jember. Show all posts
Showing posts with label Jember. Show all posts

Monday, February 09, 2015

Tes Keperawanan dan Keperjakaan Diusulkan Jadi Syarat Kelulusan

Mufti Ali
Kompas.com - Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jember, Jawa Timur, Mufti Ali (PKB), mengusulkan dibentuknya peraturan daerah (perda) tentang perilaku yang baik dan terpuji.

Mufti Ali mengusulkan salah satu poin dalam perda itu mengatur tentang tes keperjakaan dan keperawanan sebagai salah satu syarat kelulusan siswa di tingkat SMP dan SMA.
“Masyarakat boleh menilai, jika usulan kami ini cukup kontroversial, tetapi jujur saja ini berangkat dari keresahan kami,” katanya kepada Kompas.com, Sabtu (7/2/2015).

Dia menceritakan, ide itu muncul saat Komisi D menggelar rapat dengar pendapat dengan Dinas Pendidikan Jember beberapa waktu yang lalu. “Saat hearing kemarin ada temuan bahwa di salah satu SMP di jember, ternyata ada sejumlah siswi yang curhat kepada Guru BK. Mereka mengaku sudah berulang kali melakukan hubungan seksual dengan pacarnya,” ungkap Mufti.

Mufti mengaku sangat kaget dengan kondisi tersebut. Sebab, jika kondisi itu terus dibiarkan begitu saja tanpa ada solusi, maka akan berdampak negatif terhadap generasi penerus bangsa.

“Jujur saja, saya merasa berdosa jika ini dibiarkan, makanya saya usul kemudian ada perda tentang akhlakul karimah, yang di dalamnya mengatur tentang syarat kelulusan dengan tes keperawanan dan keperjakaan,” terang dia.

Persoalan ide tersebut akan memunculkan sebuah kontroversi, Mufti mengaku sangat wajar. ”Meskipun kategori prestasi pendidikan Jember cukup bagus, jujur saja saya tidak bangga karena kondisi moral peserta didik kita ternyata seperti itu. Untuk itu, saya menggugah kesadaran orangtua untuk menjaga anak-anaknya dari pergaulan bebas. Mereka adalah generasi penerus kita, mari kita jaga bersama-sama,” dia berharap.
...more

Friday, September 13, 2013

Massa Ponpes Hentikan Paksa Pembangunan "Giant" di Jember

Kompas.com - Ratusan simpatisan Pondok Pesantren Ash Ashiddiqi Putri (Ashri) Jember, Jawa Timur, Senin (9/9/2013), menghentikan paksa proses pembangunan “Giant” supermarket, di Jalan KH Siddiq Jember, Jawa Timur.

“Kami sejak awal sudah menolak rencana keberadaan 'Giant' di sini, tetapi pihak investor tetap memaksa untuk membangun,” ujar salah satu pengunjuk rasa, Kustiono Musri.

Akibat penghentian paksa itu, puluhan pekerja bangunan yang berada di dalam lokasi pembangunan berlarian ke luar. Selain itu, massa juga melakukan penyegelan di lokasi tersebut.

Menurut Kustiono, penolakan rencana pembangunan itu sudah dilayangkan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Ashri KH Syaiful Ridzal (Gus Syef) kepada Pemerintah Kabupaten dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember. Namun sayangnya pembangunan tetap dilanjutkan.

“Kami sangat menyayangkan, mengapa Pemkab Jember tetap memberikan izin. Padahal ada masyarakat yang menolak,” ujarnya.

Sementara Pengasuh Pondok Pesantren Ashri KH Syaiful Ridzal mengatakan, penolakan terjadi karena ada kekhawatiran bakal muncul dampak langsung kepada pola hidup santri dan pelajar. Sebab, di daerah lokasi yang akan dibangun “Giant” terdapat sejumlah lembaga pendidikan dan pondok pesantren.

“Kami kawatir, santri yang biasanya hidup sederhana di dalam pondok, akan berubah bergaya hidup mewah,” kata dia.

Usai melakukan aksi penyegalan itu, massa lalu membubarkan diri. Aksi itu mendapat pengawalan ketat dari aparat kepolisian setempat.

Giant Supermarket ini dibangun di lahan eks Pabrik Es “Telengsari” milik PT Panca Wira Usaha (PWU), salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Bangunan itu berdiri di atas lahan seluas 3000 meter persegi.
...more

Tuesday, April 24, 2012

Dituding Beda Paham, Sebuah Ponpes Dirusak Warga

Liputan6.com - Ratusan warga di Jember, Jawa Timur, Jumat (20/4), merusak sebuah pondok pesantren karena dituding berbeda paham. Saat aksi anarkis ini berlangsung tidak ada satu pun polisi berada di lokasi kejadian.

Awalnya, ratusan warga Kelurahan Sumbersari, Jember ini, melakukan aksi protes di Kantor Bakesbanglimas Jember. Di tempat itu tengah berlangsung pertemuan antara Pimpinan Pondok Pesantren Robbani dengan pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan polisi.

Sebelumnya, massa menuntut agar Ponpes Robbani ditutup karena dituding mengajarkan paham berbeda. Namun tudingan itu dibantah pihak ponpes.

Akhirnya pengurus pesantren diminta menghentikan sementara kegiatan mereka selama dua pekan agar MUI bisa menganalisa aliran tersebut menyimpang atau tidak. Sayangnya, kesepakatan itu tidak serta merta diterima warga. Mereka pun berbondong-bondong menuju Ponpes Robbani. Aksi anarkis pun tidak terhindarkan.

Hingga kini belum ada tindakan dari polisi terhadap aksi massa ini. Warga pun tetap menuntut ponpes ditutup. Video
...more

Saturday, May 14, 2011

Warga Arak Pasangan Remaja

Indosiar.com - Warga Jalan Kalimantan, Jember, menggerebek sebuah rumah kos karena sering kali digunakan sebagai tempat mesum pasangan muda-mudi tanpa ikatan pernikahan. Kedua pelaku yang masih berusia belia tersebut kemudian langsung diinterogasi warga.

Meski dipergoki berada dalam kamar dengan pintu dan jendela tertutup rapat, namun pelaku pria terus mengelak dituduh berbuat mesum. Sementara kekasihnya terus berupaya menutupi wajahnya karena menahan malu.

Warga tampaknya terbakar emosinya, karena perbuatan serupa sudah sering terjadi di rumah kost tanpa ada pengawasan pemiliknya. Warga sebenarnya sudah beberapa kali mengingatkan pada para penghuni kost. Namun bukannya menghentikan ulahnya, bahkan cenderung dilakukan secara terang-terangan.

Tidak hanya saat siang bolong, aksi muda-mudi yang meresahkan warga bahkan juga sering kali berlangsung hingga malam dan dini hari. Warga bahkan terpaksa mengarak pasangan tersebut tersebut sebagai sanksi moral dan shock terapi bagi para penghuni kost lainnya. Video
...more

Saturday, May 08, 2010

Dianggap Hina Nabi Muhammad, Bupati Jember Dilaporkan ke Polisi

Kiai pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaul Ulum, KH Farid Mujib, melaporkan Bupati Jember, Muhammad Zainal Abidin (MZA) Djalal ke polisi. Orang nomor satu di Jember itu dilaporkan, karena dianggap telah menghina Nabi Muhammad.

"Saya tersinggung dengan ucapan beliau (Djalal) saat pidato karena mengatakan Rasullulah (Nabi Muhammad) sombong," kata Farid, kepada sejumlah wartawan, di Mapolres Jember, Jalan RA Kartini, Selasa (4/5/2010).

Menurut Farid, kata-kata itu tidak pantas dikeluarkan oleh seorang bupati, apalagi di hadapan warga dalam sebuah acara resmi kabupaten. Farid menilai ucapan itu telah menimbulkan keresahan di kalangan warga.

"Kami telah minta agar beliau minta maaf, tetapi terlambat dan kini kami laporkan kasus ini ke polisi, kami memilih jalur hukum," imbuhnya.

Sebelumnya, pada acara Bedah Potensi Desa di Kecamatan Silo, Bupati Jember MZA Djalal, mencontohkan kalau Nabi Muhammad sombong, karena meski hanya mempunyai nasi satu piring tapi diberikan kepada orang yang membutuhkan. Oleh karena itu, warga Silo sebaiknya meniru perilaku nabi itu.

Menurut Kabag Humas Pemkab Jember, Agus Slameto, tidak ada niatan bupati Jember menjelekkan Nabi Muhammad. "Demi Allah, tidak ada niat itu. Pidato itu berisi pemberian semangat kepada warga dan contoh yang dicontohkan itu sombong yang baik. Pernyataan itu tidak perlu dipolitisasi," tegas Agus.


...more

Monday, April 26, 2010

Cewek Manis Juara UN Tak Bisa Kuliah

Dina Bakti Pertiwi, 18, tak pernah menyangka akan menyabet nilai tertinggi Ujian Nasional (Unas) untuk program IPS se-Jawa Timur. Tidak hanya Dina, keluarganya pun tak percaya. Namun kegembiraan itu kini berubah menjadi beban. Pasalnya, siswi SMAN 1 Jember ini terancam tak bisa kuliah karena tidak adanya biaya.

Dina memang mempunyai rekam jejak sebagai sang juara di kelas dan sekolahnya. Menjadi juara sekolah sudah biasa disandang remaja kelahiran 22 Desember 1991 itu sejak duduk di bangku SD dan SMP.

“Tetapi kali ini benar-benar tidak menyangka. Kaget waktu diberitahu teman-teman yang melihat pengumuman di internet. Katanya saya juara satu se-Jatim. Saya malah tidak tahu,” kata Dina saat ditemui Surya di rumahnya, Jl Letjen Suprapto IX/22 Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari, Jember, Minggu (25/4).

Dina meraih nilai tertinggi Unas untuk program IPS yakni 54,75, atau rata-rata nilai 9 untuk masing-masing mata ujian. Dia baru secara resmi menerima pengumuman hasil Unas tersebut dari sekolah pada Senin (26/4) hari ini.

Mengobrol dengan remaja satu ini amat menyenangkan. Teman bicaranya akan tertulari nada optimistis dan semangat saat ia berbicara. Dia juga tetap semangat ketika disinggung perekonomian keluarganya yang cupet setelah meninggalnya sang ayah, M Syafi’ hampir dua tahun silam. “Wah harus tetap optimistis meski ekonomi keluarga pas-pasan. Sekarang juga lagi nyari cara agar saya nanti bisa kuliah,” tegas anak ketiga dari lima bersaudara itu.

Cewek hitam manis ini kemudian menceritakan keinginannya setelah lulus SMA. Dia punya dua pilihan untuk kuliah nanti, yakni memilih Fakultas Ekonomi Universitas Jember melalui jalur PMDK, atau Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta. Namun untuk masuk melalui jalur PMDK, keluarga Dina harus menyediakan uang Rp 6.750.000. Angka yang terbilang besar bagi keluarga itu. “Angka segitu, besar sekali. Kami jelas tidak akan mampu,” ujarnya.

Dia sebenarnya ditawari pihak sekolah untuk mengikuti progam Bidik Misi Departemen Pendidikan Nasional yang menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa berprestasi dan berasal dari keluarga kurang mampu. Namun Dina dengan terpaksa tidak memilih program itu karena sebenarnya dia ingin kuliah di STAN.

“Kalau saya ikut Bidik Misi, sampai lulus saya harus kuliah di tempat kuliah awal saya. Tetapi dengan ikut PMDK, saya masih bisa ikut tes lain, seperti ikut STAN,” ujar Dina.

Dina memang berharap bisa masuk STAN, selain karena kecintaannya pada akuntansi dan manajemen keuangan, dia juga melihat masa depan lulusan STAN lebih pasti. Apalagi Dina sangat menyadari kondisi keuangan keluarganya.

Andaikata diterima di STAN saja, Dina juga masih coba berpikir keras bagaimana caranya bisa survive. Sebab, meskipun biaya kuliah di sekolah tinggi berikatan dinas itu gratis, namun biaya buku dan kos tetap ditanggung mahasiswa. Padahal, biaya kos di Jakarta ditambah anggaran beli buku, tentu tidak murah.

Dari dua kakak Dina, yang pertama, Doni, kemampuan ekonominya juga terbatas karena sehari-hari hanya bekerja di usaha mebel. Sedangkan kakaknya yang kedua menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Singapura, dan bersuamikan warga negara Malaysia.

Ibunya, Tri Hartini, kini menjadi orangtua tunggal yang harus menghidupi tiga anaknya yang masih sekolah. Dua kakak Dina sudah menikah.

Meski ekonomi pas-pasan, Hartini sangat menekankan pentingnya pendidikan bagi tiga anaknya yang masih sekolah. “Saya ingin tiga anak saya ini bisa sekolah tinggi. Ya saya harap ada donatur yang bisa membantu biaya sekolah anak saya,” ujar Hartini, yang sehari-hari berjualan nasi pecel dan juga menjadi pembantu di rumah tetangganya.

Saat SMA lalu, Dina mempunyai donatur yang membiayai sekolahnya sejak kelas dua. Yayasan Ad-dhuha Jember yang mencarikan donatur untuknya. Sementara dua adiknya mendapat keringanan biaya pendidikan dari sekolah masing-masing.

Meski telah mendapat keringanan biaya sekolah, Hartini tetap harus pontang-panting mencari uang untuk menafkahi tiga anak dan ibu kandung Hartini yang tinggal bersamanya. Dulu, sebelum Dina mendapatkan donatur, Hartini harus menggadaikan barang-barang di rumahnya untuk melunasi SPP Dina agar bisa ikut ujian.

“Ya sekarang juga mau nyari donatur dan semoga ada yang membantu biaya awal kuliah saya. Kalau sudah kuliah, saya akan mencari beasiswa, dan siap kerja sampingan untuk nambah biaya kuliah agar tidak memberatkan ibu,” kata Dina.

Dina mengaku tidak risih ketika harus bekerja saat kuliah nanti. Apalagi semenjak SMA, dia sudah mencari uang saku sendiri antara lain dengan cara memberikan les tambahan untuk teman sekelasnya. “Hasilnya lumayan untuk uang saku dan biaya les sebelum Unas,” ujarnya.

Dina memang hanya bisa mengikuti les yang berbiaya murah, seperti les dari guru sekolahnya. Dia tidak mampu mengikuti les di tempat bimbingan belajar seperti kebanyakan murid SMAN 1 Jember. “Lha wong biayanya jutaan, jelas tidak mampu. Saya cukup les yang biayanya Rp 40 ribu per bulan,” imbuhnya.

Meski murah, les tersebut sangat berarti baginya. Apalagi ditunjang kecerdasan yang dia miliki, nilai tertinggi Unas itu seakan menjadi penebus bagi penyuka mata pelajaran Matematika itu. “Pokoknya optimistis, nyantai aja, dan berusaha. Kemarin saja sebelum Unas, HP saya hilang tapi tidak saya pikir banget dan dibawa nyantai saja. Jadinya gak ganggu konsentrasi saat Unas,” tukas cewek yang suka nyanyi dan jalan-jalan itu.

Bantuan Provinsi

Mendapati informasi bahwa salah satu siswa peraih nilai Unas tertinggi di Jatim berasal dari keluarga tidak mampu, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim Suwanto memberi instruksi tegas pada jajaran Dindik Kabupaten/Kota untuk melakukan pendataan. “Kirim data siswa berprestasi dari keluarga miskin ke Dinas Pendidikan Provinsi. Segera,” demikian instruksi yang diberikan Suwanto, saat menjawab pertanyaan Surya, Minggu (25/4) malam.

Mantan Kadis Infokom Jatim itu menambahkan, Dindik Jatim akan mengusulkan para siswa berprestasi itu untuk mendapatkan beasiswa Bidik Misi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Dindik Jatim juga menjanjikan akan membantu siswa berprestasi dari keluarga miskin untuk bisa mendapatkan beasiswa khusus yang dianggarkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional, meskipun beberapa PTN saat ini telah menutup proses pendaftaran jalur Beasiswa Bidik Misi (BBM).

Seperti diberitakan sebelumnya beberapa PTN di Jatim, khususnya di Surabaya, telah menutup jadwal pendaftaran program BBM. ITS, Unesa, IAIN Sunan Ampel telah menutup pendaftaran dan tengah melakukan proses seleksi untuk segera mengumumkan calon mahasiswa yang berhak menempati kuota BBM. Sedangkan Unair sudah menutup jadwal pendaftaran calon mahasiswa BBM, tapi proses seleksi calon mahasiswa BBM Unair akan dijalankan melalui SNMPTN.

Program BBM sebenarnya telah disosialisasikan dan dibuka pendaftarannya sejak Februari lalu. “Saya minta dinas kabupaten/kota bisa lebih aktif mendata siswa berprestasi dari keluarga miskin, karena pada prinsipnya kami akan membantu mereka,” tegas Suwanto.


...more