Showing posts with label Ambon. Show all posts
Showing posts with label Ambon. Show all posts

Friday, April 17, 2015

Kasus Kecelakaan Maut yang Libatkan Anak Bupati Di-SP3

Iptu Meity Jacobus
Kompas.com - Kejaksaan Negeri Ambon mengajukan usulan untuk menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan (SP3) kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan Raflex Nugraha Puttileihalat (17), putra Bupati Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) Jacobus Puttileihalat. Alasannya, telah terjadi perdamaian antara pihak Bupati dan keluarga korban.

Kasus Rafleks silakan baca: Anak Bupati Kebut-kebutan Pakai Motor Saat Mabuk, Satu Tewas

“Berkas tahap satu dikirim oleh penyidik lantas Polres Ambon disertakan dengan diversi atau kesepakatan damai antara pihak korban dan tersangka. Setelah dipelajari, Kejari Ambon mengeluarkan P19 yang berisi petunjuk untuk di SP3 kasus tersebut,” kata Kasubag Humas Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease Iptu Meity Jacobus kepada wartawan di Mapolres Ambon, Senin (6/4/2015).

Menurut Meity, usulan penghentian kasus ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Perlindungan Peradilan Anak. Aturan menyebutkan, anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara.

Oleh karena itu, kata dia, negara menjamin hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

“Oleh karena itu, kepentingan terbaik bagi anak patut dihayati sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia,” ujar dia.

Ia memastikan SP3 atas kasus tersebut secepatnya dikeluarkan berdasarkan petunjuk Kejari Ambon,

”Jadi dalam waktu dekat akan dikeluarkan surat SP3 sesuai dengan petunjuk Kejari,” kata dia.

Rafleks ditetapkan sebagai tersangka setelah terlibat kecelakaan maut yang menyebabkan salah satu rekannya tewas. Kecelakaan maut itu terjadi pada Februari lalu saat sepeda motor yang dikendarainya melaju kencang dan menabrak sebuah angkot. Frandi, rekan Rafleks yang membonceng motor, tewas dalam kecelakaan itu.
...more

Monday, February 09, 2015

Ini Alasan Polisi Tak Menahan Anak Bupati Tersangka Lakalantas

Kompas.com - Penyidik Polres Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease masih terus memeriksa tersangka Raflex Nugroho Puttileihalat, anak dari Bupati Seram Bagian Barat (SBB), Maluku, yang terlibat kasus kecelakaan lalu lintas (laka lantas) hingga menewaskan satu orang.

Kepala Satuan Lantas Polres Pulau Ambon AKP Deddy Putra mengatakan kepada Kompas.com, Kamis (5/2/2015), selain masih meminta keterangan dari tersangka, pihaknya juga masih berkoordinasi dengan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) terkait kasus tersebut.

“Belum ditahan, sampai saat ini tersangka masih diperiksa. Kita juga sedang berkoordinasi dengan Komnas Perlindungan Anak,” ujarnya.

Raflex menjelaskan, pihaknya berkoordinasi dengan KPA karena tersangka masih berstatus anak.

"Awalnya memang beredar kabar kalau dia itu umurnya 18 tahun, ada yang bilang 19 tahun, tapi saat kita cek langsung di ijazah serta dokumen lainnya, tersangka ini baru menginjak usia 17 tahun. Karena itu, kita harus berkoordinasi dengan Komnas PA,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Raflex membonceng rekannya, Frandi Melianus Maspaitella, mengendarai sepeda motor Yamaha RX King dengan kecepatan tinggi dari Kayu Tiga menuju Ambon, Rabu (4/2/2015). Karena kebut-kebutan, motor Raflex menabrak sebuah angkot yang berada di depannya. Akibat kecelakaan itu, Frandi meninggal setelah dirawat di RS Bhakti Rahayu. [Baca juga: Ugal-ugalan, Anak Bupati Tabrak Angkot Tewaskan Satu Orang]

Belakangan diketahui, Raflex menjalankan motor secara ugal-ugalan karena dalam kondisi mabuk. “Raflex dan rekannya itu dalam keadaan mabuk saat kecelakaan maut itu terjadi,” ungkap Humas Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease Iptu Meity Jacobus kepada wartawan, Rabu (4/2/2015). [Baca juga: Anak Bupati Ugal-ugalan Hingga Tabrak Angkot karena Mabuk]

Kini, Raflex sudah dijadikan tersangka dan masih dalam pemeriksaan kepolisian. Akibat perbuatannya, tersangka terancam lima tahun penjara.
...more

Thursday, September 11, 2014

Seorang Camat di Maluku Babak Belur Dianiaya 8 Polisi

Kompas.com - Delapan anggota Polres Pulau Buru, Maluku dengan menganiaya seorang camat di Kabupaten Buru, Selasa (9/8/2014). Akibat penganiayaan itu, korban yang diketahui bernama Azis Tomia terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena mengalami luka parah.

Salah seorang saksi mata yang enggan namanya dipublikasikan kepada Kompas.com via telepon selulernya, Selasa sore mengatakan, penganiayaan terjadi saat korban hendak melerai perkelahian antara seorang anggota polisi dengan salah satu kerabat camat di Namlea.

“Pak Aziz ini mau melerai perkelahian yang terjadi namun malah dia yang dikeroyok delapan anggota polisi," ungkap sumber itu.

Kapolres Pulau Buru, AKBP Kamaruzaman yang dihubungi Kompas.com dari Ambon, membenarkan adanya insiden pengeroyokan tersebut. Menurut Kamaruzaman, saat ini korban masih dirawat di Rumah Sakit Namlea karena sejumlah luka yang dideritanya.

“Benar sekali ada pengeroyokan itu. Saat ini korban masih dirawat di rumah sakit karena mengalami luka di bagian kepala dan juga tubuhnya," ungkap Kamaruzaman.

Dia mengatakan, akibat insiden penganiayaan itu, sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan mahasiswa di Namlea sempat berunjuk rasa dan meminta para pelaku segera mempertanggung jawabkan perbuatannya itu.

“Kita barusan bertemu juga dengan DPRD terkait masalah ini. Ada juga tadi mahasiswa dan LSM yang menuntut agar kasus ini segera ditangani dan kita sudah jelaskan kepada mereka semuanya," ungkapnya.

Pihaknya kini masih mengusut kasus tersebut. Jika para oknum polisi tersebut terbukti melakukan penganiayaan akan ditindak tegas.

"Masih dalam penyelidikan, yang jelas kalau terbukti bersalah akan ditindak tegas," tandas Kamaruzaman.
...more

Tuesday, August 05, 2014

Gara-gara tertinggal pesawat, Kabandara di Tual tutup bandara

Amran Hamid
Merdeka.com - Puluhan penumpang pesawat Wings Air di Bandara Internasional Pattimura Ambon kecewa lantaran gagal terbang. Pesawat batal terbang lantaran bandara tujuannya yaitu Bandara Karel Satsuitubun di Kota Tual, Maluku sudah ditutup.

Padahal para penumpang sudah melakukan check ini di Bandara Pattimura. Namun, tiba-tiba penerbangan dibatalkan lantaran Bandara Karel Satsuitubun berhenti beroperasi.

Persoalan ini terjadi karena masalah sepele. Kabarnya, Kepala Bandara Karel Satsuitubun di Kota Tual, Maluku, Amran Hamid marah karena tertinggal pesawat Lion Air di Bandara Internasional Hasanuddin, Makassar. Saat itu Amran hendak terbang menuju Bandara Internasional Pattimura Ambon.

Karena tertinggal pesawat, Amran kemudian tidak mengizinkan perpanjangan jam operasi fasilitas perhubungan udara di Bandara Karel Satsuitubun di Kota Tual. Sehingga, pesawat Wings Air yang hendak take off pukul 16.00 WIT gagal berangkat. Padahal pesawat Wings Air seharusnya tiba di Tual sekitar pukul 17.45.

"Kami sangat sesalkan sekiranya tidak diizinkan perpanjangan jam operasi bandara Karel Satsuitubun hanya karena Kabandaranya tertinggal pesawat Lion Air di Makassar sehingga merugikan kepentingan banyak orang saat arus mudik libur perayaan Idul Fitri 1435 Hijriah," ujar area Manager Lion Air Ambon, Ramly seperti dilansir dari Antara.

Karena itu, lanjutnya, masalah ini akan dilaporkan ke Kementerian Perhubungan. Sebab, keputusan Kabandara Karel Satsuitubun terkesan sepihak dengan mengorbankan kepentingan orang banyak.

"Kami menyampaikan laporan agar ke depan tidak terjadi keputusan yang kemungkinan bisa mengganggu aktivitas penerbangan ke Tual guna melayani pengguna jasa perhubungan udara daerah setempat, Kabupaten Maluku Tenggara dan transit ke Kabupaten Kepulauan Aru dan Maluku Tenggara Barat," kata Ramly.

Dia menambahkan, 49 penumpang ke Tual itu dijadwalkan diberangkatkan pada Minggu (3/8) pagi dari Bandara Internasional Pattimura Ambon, sekitar pukul 04.00 WIT.

Kabandara Karel Satsuitubun, Amran Hamid belum bisa dikonfirmasi terkait persoalan ini. Saat dihubungi lewat telepon selulernya, Amran tidak menjawab.
...more

Saturday, May 24, 2014

Puluhan Polisi Pukuli Suami Istri di Mapolda

Yudi Lewerissa (29) korban penganiayaan Anggota Sahabara Polda Maluku sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit dr Haulussy Ambon, Selasa (20/5/2014)
Kompas.com - Bukannya mengayomi dan melindungi masyarakat, puluhan anggota Sabhara Polda Maluku malah menganiaya pasangan suami istri, Yudi Lewerissa (29) dan Lenny Keliombar (28), warga Lateri, Kecamatan Baguala, Ambon, hingga babak belur.

Ironisnya, tindakan ini dilakukan di Markas Sabhara, Polda Maluku, di kawasan Tantui, Ambon. Akibat penganiayaan itu, Yudi Lewerissa sempat tak sadarkan diri dan harus menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Haulussy, Ambon.

Kepada sejumlah wartawan, korban Lenny Keliombar menuturkan, peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (17/5/2014) malam saat dia dan suaminya hendak pulang ke rumahnya di kawasan Lateri.

Saat itu, mobil Toyota Avanza yang dikendarai suaminya bersenggolan dengan sepeda motor yang dikendarai salah satu oknum anggota Sabhara yang diketahui bernama Aipda JP.

"Saat itu, dia langsung mengeluarkan kata kotor kepada kami. Dia juga meludahi saya, tapi kami cuek saja. Namun, setelah mobil kami sampai di Galala, JP lalu menghalangi mobil kami dan langsung memukuli suami saya sehingga terjadi perkelahian antara suami saya dan JP. Namun, saat itu seorang anggota polisi melintas dan menyuruh kami menyelesaikan masalahnya di kantor polisi, dan kami pun ke sana," ungkap Lenny kepada sejumlah wartawan di RSUD dr Haulussy, Ambon, Selasa (20/5/2014) kemarin.

Dia bersama suaminya memutuskan pergi menuju kantor Sabhara karena ingin menyelesaikan persoalan yang menimpa mereka. Namun, sesampainya di sana, keduanya malah diancam dan dianiaya puluhan anggota polisi.

"Saat kita tiba, lampu di kantor semuanya mati, lalu ada yang teriak, 'bunuh mereka'. Saat lampu dinyalakan, saya lihat ada puluhan hingga ratusan polisi tiba-tiba menyerang kami dan langsung memukui dan menendang suami saya berulang kali. Kejadian itu berlangsung kurang lebih satu jam. Saya sendiri sempat berteriak kalau saya anak polisi, tapi saya juga dipukul di bagian mulut," ujarnya.

Tak hanya itu, mobil mereka juga dipukul dan dirusak sejumlah oknum anggota polisi lainnya. Bahkan, sepeda motor yang merupakan milik kakak korban, yang datang beberapa saat setelah kejadian penganiayaan itu terjadi, juga menjadi sasaran kemarahan anggota polisi yang mengamuk.

"Saya menelepon kakak saya yang juga anggota polisi saat dia datang dia langsung berusaha menenangkan situasi. Namun, dia juga diancam dan dikejar anggota Sabhara. Mereka berteriak kenapa takut sama dia, saat dia dikejar sepeda motornya dirusak juga," ungkapnya.

Kepala Bidang Humas Polda Maluku AKBP Hasanudin Mukadar kepada Kompas.com Selasa sore membenarkan adanya insiden itu. Namun, dia enggan membeberkan detail permasalahan yang terjadi.

"Memang ada insiden itu, tapi saya tidak bisa memberikan keterangan. Sebaiknya, Anda langsung saja ke Propam karena itu sudah ditangani Propam Polda Maluku," kilah Hasanudin.
...more