Showing posts with label Madura. Show all posts
Showing posts with label Madura. Show all posts

Sunday, May 15, 2016

Dandim Pamekasan Instruksikan Tangkap Pengguna Atribut PKI

Letkol Arm Mawardi
Kompas.com - Komandan Kodim 0826 Pamekasan, Jawa Timur, Letkol Arm Mawardi menginstruksikan kepada jajarannya untuk menangkap warga yang diketahui menggunakan atribut dan lambang organisasi terlarang, Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sering Dijadikan Lokasi Balapan Liar, Akses Suramadu Dibikin Gelap

AKP Adi Nugroho
Kompas.com - Lampu Penenerangan Jalan Umum (LPJU) di akses jalan menuju Jembatan Suramadu sisi Bangkalan, Madura, sengaja dimatikan. Alasannya, akses jalan tersebut sering dibuat sirkuit dadakan untuk balapan liar, khususnya di malam minggu.

Sunday, April 24, 2016

Mengaku Nabi Isa, Warga Bangkalan Diamankan Polisi

AKBP Windianto Pratomo
Kompas.com - Nur Tajib (50), warga Desa Patereman, Kecamatan Modung, diamankan Polsek Modung, Bangkalan, Madura, Sabtu (23/4/2016). Polisi melakukan pemeriksaan karena Nur mengaku sebagai Nabi Isa.

Friday, April 08, 2016

Peringatan Milad Fatimah Kelompok Syiah Dibubarkan Massa

Detik.com - Ratusan orang yang menyebut diri dari Tim Peduli Umat Masjid Ar Riyad dan Aswaja Bangil, berusaha membubarkan peringatan hari lahir putri Nabi Muhammad SAW, Siti Fatimah, yang digelar kelompok Syiah di Kelurahan Kalirejo, Kecamatan Bangil.

Tuesday, July 29, 2014

Pengungsi Syiah Sampang Tak Boleh Lebaran di Kampung Halaman

Kompas.com - Pengungsi Syiah asal Sampang, Madura, Jawa Timur tidak diperbolehkan pulang ke kampung halaman mereka di Madura, khususnya Sampang, untuk merayakan lebaran. Sekitar 300 pengungsi Syiah pun kini masih berada di Rusunawa Puspa Agro, Jemundo, Sidoarjo, Jawa Timur.

"Jadi kami memang tidak dapat izin pulang kampung oleh BNPB dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur," ujar Koordinator Pengungsi Syiah Sampang, Ikli Al Milal, Minggu (27/5/2014).

Ikli mencontohkan, salah seorang pengungsi Syiah dilarang pulang ke rumah sanak saudara di Pamekasan untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri. Menurut Ikli, alasan pemerintah yaitu masalah keamanan. Mereka pun harus menerima nasib merayakan lebaran untuk kedua kalinya di pengungsian. "Kalau kami nekat pulang, nanti kami ini dibilang tidak bisa diatur. Jadi, kami terima," terang Ikli.

Menurut Ikli, hingga saat ini belum ada kepastian kapan mereka dapat kembali ke kampung halaman. Mereka telah mengungsi sejak Agustus 2012. Semula mereka mengungsi di gedung olahraga (GOR) Sampang, kemudian dipindah ke Sidoarjo.
...more

Friday, November 22, 2013

Pelajar Pamekasan Diwajibkan Bisa Baca Al Quran

Kompas.com - Seluruh pelajar di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur dari berbagai jenjang pendidikan, diusulkan wajib bisa membaca dan menulis Al Quran. Saat ini, Lembaga Pengkajian dan Penerapan Syariat Islam (LP2SI) Pamekasan tengah memproses pengajuan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) ke DPRD Pamekasan.

Ketua LP2SI, Mohammad Zahid menyatakan, rancangan Perda itu mengatur klasifikasi wajib baca tulis Al Quran di setiap jenjang pendidikan. Sehingga, kewajiban penguasaan baca tulis Al Quran disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada.

“Kalau tingkat SD diwajibkan menguasai sampai batas-batas tertentu. Begitu pula sampai tingkat SMA,” katanya, Rabu (20/11/2013).

Kewajiban bisa membaca dan menulis Al Quran itu, kata Zahid, tidak hanya berlaku bagi lembaga pendidikan negeri saja, tetapi juga untuk lembaga pendidikan swasta di seluruh Pamekasan. Dengan demikian, tidak ada tebang pilih dalam penerapan kewajiban membaca dan menulis Al Quran.

Menanggapi usulan itu, Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Khairul Kalam mendukung penuh LP2SI. Namun, kata dia, tidak semua persoalan bisa dibuatkan peraturan daerah. Sebaiknya, sebelum kewajiban itu diterapkan, Pemerintah Kabupaten Pamekasan diberi kesempatan untuk mengimbau orangtua dan pelajar untuk belajar Al Quran.

"Kebijakan itu misalnya, pada jam 17.00 sampai 20.00, anak-anak tidak boleh menonton TV. Anak-anak disuruh belajar Al Quran atau pergi ke surau-surau untuk belajar Al Quran," kata Khairul.

Dengan demikian, kata dia, kewajiban bisa membaca dan menulis Al Quran akan berjalan sinergis dengan pendidikan nonformal di surau serta mushala yang sudah lama dilakukan di pesantren.
...more

Tuesday, August 13, 2013

Warga Syiah di Sampang Dipaksa Tobat

Kompas.com - Warga Syiah yang bertahan di Desa Karanggayam dan Bluuran Sampang, Madura, Jawa Timur, diintimidasi dan diancam untuk meninggalkan keyakinan mereka. Jika ingin keselamatannya dijamin, mereka dipaksa untuk bertobat.

Direktur Eksekutif Yayasan Bantuan Hukum Universalia (YLBHU) Hertasning Ichlas alias Herta mengatakan, intimidasi terhadap warga Syiah terakhir terjadi pada 6 Agustus 2013. Untuk diketahui, YLBHU ditunjuk Tajul Muluk sebagai kuasa hukum untuk mendampingi para pengungsi Syiah.

Herta menjelaskan, ada enam warga Syiah yang dijemput oleh aparat kepolisian dan kepala dusun. Mereka lalu dibawa ke rumah salah satu kiai setempat. Di rumah itu, kata Herta, sudah ada Bupati Sampang, Kepala Kesbangpol Sampang, dan Kapolsek Omben.

Dalam pertemuan itu, katanya, enam orang warga Syiah itu diberi pesan-pesan. Di ujung acara, warga Syiah dipaksa menandatangani sembilan ikrar. Kalau tidak teken, tidak dijamin kesalamatan dan keamanan rumahnya, kata Herta ketika dihubungi, Kamis (8/8/2013).

Herta menambahkan, isi sembilan ikrar itu menganggap ajaran Tajul Muluk sesat dan harus kembali ke Ahlus Sunnah. Intinya, syahadat ulang.

Salah satu dari enam warga Syiah itu, lanjut Herta, menolak menandatangani ikrar itu. Lantaran takut atas keselamatannya, ia lalu memilih pergi ke Jakarta. Pemaksaan serupa, kata dia, sudah terjadi sebelumnya dan kembali meningkat baru-baru ini.

Melihat peristiwa tersebut, Herta mempertanyakan alasan pemerintah yang hendak melakukan pembinaan. "Gimana pembinaan kalau diancam rumahnya mau dibakar?" ucapnya.

Seperti diberitakan, pemerintah tengah mengupayakan rekonsiliasi di Sampang. Rektor IAIN Sunan Ampel Abd A'la ditunjuk sebagai ketua tim rekonsilasi. Akan diupayakan agar warga Syiah yang mengungsi bisa kembali ke kampung halamannya. Jika tidak bisa, maka akan direlokasi.
...more

Sunday, June 23, 2013

Menko Polhukam: Relokasi Warga Syiah demi Keselamatan

Kompas.com - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan relokasi sementara warga Syiah yang mengungsi di Gelanggang Olahraga (GOR) di Sampang, Madura, Jawa Timur, untuk keselamatan mereka. Djoko membantah ada pemaksaan dalam upaya relokasi tersebut.

"Sekarang saya tanya, kalau ada orang yang terancam, apakah polisi diam saja? Kan harus dibawa ke tempat aman dulu. Jadi, tindakannya harus seperti itu, bukan dipaksa, diusir. Diselamatkan dulu mereka," kata Djoko di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Jumat (21/6/2013).

Sebelumnya, warga Syiah yang mengungsi di GOR Sampang merasa dipaksa pindah ke Rumah Susun Puspa Agro, Jemundo Kabupaten Sidoarjo, setelah sekitar sembilan bulan mereka mengungsi di GOR Sampang.

Djoko mengatakan, pemindahan itu mendesak setelah adanya ancaman keselamatan mereka di GOR Sampang. Keputusan pemindahan ini merupakan hasil mediasi antara pemerintah daerah, tokoh masyarakat, dan tokoh agama setempat.

Alasan lain, tambah Djoko, kondisi di GOR tidak manusiawi lantaran sekitar 150 keluarga hidup bersama dalam satu atap. Kondisi itu, katanya, tidak baik untuk hubungan keluarga, terutama suami dan istri.

"Di tempat sementara ada kamar, ada kamar mandi, ada ruang tamu.  Lihat itu juga. Tidak dipaksa, mereka diselamatkan supaya aman. Saya tidak senang kalau ada kalimat dipaksa. Justru diselamatkan, dimanusiawikan," kata Djoko.

Djoko menambahkan, pemerintah saat ini tengah mencari lokasi lain untuk dijadikan tempat tinggal permanen untuk mereka. Djoko mengaku terus berkomunikasi dengan tokoh Madura Mahfud MD untuk menentukan di mana lokasi yang tepat.

"Ini sedang dicarikan tempat yang relatif lingkungannya sama dengan mereka, tapi sentimen dendamnya tidak seperti di Sampang," kata Djoko.

Jadi, mereka tidak akan bisa kembali ke desanya? "Ada yang mau (kembali), tapi masyarakat setempat menolak. Apa kita paksa mereka kembali sementara nyawanya terancam?" jawab Djoko.

"Tapi, mereka tetap menolak relokasi," tanya wartawan.

"Jangan putus asa. Kita cari upaya. Tolong media juga memuat pemberitaan yang pas. Ini adalah upaya penyelamatan daripada mereka terancam. Kedua faktor manusiawi juga," kata Djoko.
...more

Wednesday, April 17, 2013

Ratusan Orang Beratribut FPI Ngamuk di Pandaan

Detik.com - Tak kurang dari seratus orang memakai atribut Front Pembela Islam (FPI) mendatangi sejumlah toko waralaba di Pandaan, Pasuruan. Mereka masuk ke dalam toko dan memecahi ratusan botol minuman keras (miras).

"Seratus lebih. Pakai baju dan bendera FPI," kata salah seorang karyawan di Indomaret Petungasri, Pandaan di lokasi, Minggu (14/4/2013).

Menurut dia, aksi tersebut dilakukan sekitar pukul 13.30 Wib. Puluhan orang berbaju serba putih bertuliskan FPI memaksa masuk ke dalam toko. Dengan mengucapkan kata-kata kasar, mereka masuk ke gudang penyimpanan miras.

"Juga bawa bendera FPI," jelasnya.

Aksi yang dilakukan kelompok ini juga dilakukan di sejumlah toko waralaba lainnya. Diantaranya Alfamart Kebonwaris dan Indomaret Pandaan. Belum diketahui berapa toko waralaba yang didatangi.

"Mereka ngomong kasar. Langsung ngambil di gudang dan dipecah di halaman," ujar Wulan, karyawan Indomaret Pandaan.

Belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian. Saat ini sejumlah polisi tampak berjaga-jaga di sejumlah toko waralaba di Pandaan.
...more

Thursday, September 06, 2012

Kerusuhan Syiah Sampang Direncanakan Jauh Hari

Tempo.co.id - Serangan atas muslim Syiah di Desa Karanggayam, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, diduga direncanakan. Ini terlihat dari sejumlah indikasi yang ditemukan setelah kejadian Ahad lalu yang menewaskan satu orang serta mengakibatkan tiga orang kritis dan puluhan lainnya terluka.

Tim pencari fakta bentukan pengurus Nahdlatul Ulama Sampang dan pengurus wilayah NU Jawa Timur menemukan serpihan bom rakitan yang diduga ditanam di lokasi sebelum serangan. Wakil Ketua PCNU Sampang, H. Nuruddin, di Surabaya Senin, 27 Agustus 2012 mengatakan temuan ini didapat setelah timnya melakukan penelusuran dan meminta informasi kepada penduduk.

Dari sejumlah saksi yang diwawancarai Tempo, sebagian penyerang diperkirakan berasal dari kecamatan yang berbeda.

Anggota Komisi Hukum DPR, Eva Kusuma Sundari, juga menyatakan tiga hari sebelum kejadian sudah beredar kabar tentang serbuan itu. "Ada SMS yang menyatakan akan ada serangan," katanya kepada Tempo kemarin.

Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan sesaat sebelum peristiwa, Kepala Polsek dan Komandan Koramil Omben berada di sekitar lokasi. “Tapi jumlah massa besar, jadi polisi tak bisa berbuat banyak," katanya.
...more

Kronologi Kekerasan yang Dialami Warga Syiah di Sampang

Detik.com - Kekerasan dialami warga Syiah di Sampang, Madura. Satu warga Syiah meninggal dunia akibat bentrokan yang terjadi dengan kelompok lain pada Minggu (26/8) itu. Warga Syiah yang kalah jumlah diserang dengan batu dan senjata tajam.

Berdasarkan siaran pers yang dikirimkan Kontras Surabaya pada Senin (27/8/2012), keributan dipicu oleh kedatangan puluhan pria warga non syiah yang mengancam warga Syiah untuk tidak meninggalkan desa.

Berikut kronologi kekerasan di Sampang pada Minggu (26/8):

- Pukul 06.30 WIB

Sejumlah anak-anak warga Syiah dengan didampingi orang tuanya akan pergi keluar desa mereka dengan tujuan ke beberapa tempat. Di antara mereka ada yang akan bersilaturahim ke keluarga yang ada di luar Omben, dan beberapa yang lain akan berangkat ke luar kota untuk masuk sekolah dan pesantren mengingat libur lebaran sudah usai.

Ketika rombongan anak-anak warga Syiah dan orang tuanya yang berjumlah sekitar 20 orang ini akan menaiki dua buah mobil yang mereka sewa, puluhan lelaki dewasa dari warga non Syiah dengan membawa senjata tajam mendatangi mereka dan melarang mereka meninggalkan desa.

Bahkan mobil yang akan mereka tumpangi diancam akan dibakar. Dan selanjutnya, layaknya 'tawanan perang' rombongan anak-anak warga Syiah digiring kembali ke desa dan dipaksa pulang ke rumah masing-masing. Saat itulah, orang tua dari anak-anak warga syiah berusaha melawan tindakan sekumpulan warga yang mengancam mereka. Akhirnya seluruh anak-anak warga Syiah beserta orang tuanya kembali ke rumah mereka masing-masing.

- Pukul 08.00 WIB

Puluhan warga non Syiah yang mengancam akan menyerang warga Syiah telah bertambah menjadi ratusan orang. Dan tersiar kabar bahwa mereka akan menyerang dan membakar semua rumah warga syiah dan bagi yang melawan akan dibunuh. Dan serangan akan dimulai dari rumah Ustadz Tajul Muluk, yang saat itu ditempati oleh ibu, istri, dan 5 orang anak-anaknya.

Rumah Tajul Muluk sesungguhnya telah dibakar massa anti Syiah pada akhir Desember 2011, dan saat ini tersisa bangunan seluas 4x5 meter dan ditempati oleh ibu, istri dan anak-anaknya.
Sedangkan Tajul sendiri saat ini sedang berada di LP Sampang. Dia menjalani hukuman dua tahun penjara yang diputuskan oleh PN Sampang dengan dakwaan penodaan agama.

- Pukul 09.30 WIB

Sekitar 20 orang lelaki dewasa dari warga Syiah berkumpul di rumah Ustadz Tajul bersiap untuk melindungi perempuan dan anak-anak yang tinggal di rumah itu dari serangan warga non Syiah.

- Pukul 10.30 WIB

Warga non Syiah yang berjumlah lebih dari 500 orang, sebagian besar adalah lelaki dewasa yang bersenjatakan aneka macam senjata tajam, batu dan bom ikan (bahan peledak yang biasa digunakan nelayan untuk menangkap ikan di laut) bergerak mengepung rumah Ustad Tajul. Tidak berselang lama terjadilah perang mulut di antara mereka yang dilanjutkan dengan saling lempar batu.

Saat kondisi sedang memanas, salah satu warga Syiah, Moch Chosim (50), yang biasa dipanggil Pak Hamama berusah menenangkan massa. Lelaki tua ini maju ke tengah-tengah massa non Syiah yang akan menyerang mereka.

Nahas bagi Chosim, maksud baiknya justru memicu amarah massa. Sedikitnya 6 orang lelaki dewasa dengan senjata celurit, pedang dan pentungan mengeroyoknya. Tubuhnya bersimbah darah, perutnya
terburai dan meninggal di tempat.

Melihat Chosim dikeroyok, Tohir (45 th) adiknya berusaha melerai dan melindungi sang kakak. Akibatnya, Tohir mengalami luka berat di bagian punggung dan sekujur tubuhnya akibat sabetan pedang, celurit dan lemparan batu. Untunglah nyawa Tohir masih terselamatkan.

Massa semakin beringas. Ratusan massa beramai-ramai melempari rumah Tajul dengan batu. Semua orang yang berada dalm rumah itu terkena lemparan batu. Ibu Tajul Muluk, Ummah (55), jatuh pingsan karena kepalanya terkena lemparan batu. Anak-anak menjerit, sebagian di antaranya pingsan.

Selain Ummah, 3 orang yang lain juga mengalami luka serius akibat terkena lemparan batu, yaitu Matsiri (50), Abdul Wafi (50), dan Tohir (45 th). Akhirnya keluarga Ustad Tajul dan warga Syiah yang terkepung itu tidak lagi melawan dan membawa kerabat mereka yang luka-luka dan meninggal ke gedung SD Karang Gayam yang berjarak beberapa ratus meter dari rumah itu. Massa penyerang membiarkan mereka menyelamatkan diri. Selanjutnya massa membakar rumah Ustad Tajul hingga habis.

- Pukul 11.30 WIB

Setelah massa non Syiah membakar rumah yang didiami istri, ibu dan anak-anak Ustad Tajul, massa mulai bergerak membakar satu demi satu rumah warga Syiah. Tidak ada polisi di lokasi, padahal sudah sejak pagi diberitahu.

- Pukul 12.00 WIB

Puluhan petugas polisi datang ke lokasi dan memberikan pertolongan kepada sejumlah warga Syiah yang terluka. Akan tetapi jumlah polisi sangat tidak memadai untuk mencegah dan melarang massa melakukan pembakaran rumah-rumah warga Syiah.

- Pukul 18.00 WIB

Jumlah rumah yang dibakar berjumlah setidaknya 60 unit bangunan dari sekitar 35 rumah milik warga Syiah. Aparat kepolisian tidak berdaya mencegah hal ini terjadi.

- Pukul 18.30 WIB

Sejumlah warga Syiah dievakuasi oleh pihak kepolisian di Gedung Olah Raga Sampang. Sedang ratusan warga Syiah yang lain berlari bersembunyi ke hutan dan persawahan yang berada di sekitar rumah mereka.

Total korban yang telah dievakuasi adalah 155 orang, dan masih ada sekitar 300-400-an orang korban yang belum dievakuasi. 1 Orang tewas Muhammad Khosim (50) dan 1 luka berat, Tohir (45), sempat dikabarkan meninggal tapi masih menjalani perawatan di RSUD Sampang.
...more

Friday, July 20, 2012

Ditolak Daftar Bintara, Ribuan Santri Serang Polisi

Liputan6.com - Batu dan botol menghujani sejumlah personel Polres Sumenep yang berupaya meredam kemarahan ribuan santri dan alumni Pesantren An-Nuqayah, Guluk-guluk, Sumenep, Jawa Timur, di depan Gedung DPRD setempat, Selasa (17/7). Pendemo kesal karena rekan mereka ditolak saat daftar menjadi anggota Bintara.

Massa yang melihat polisi mundur mengalihkan sasaran ke pos penjagaan gedung DPRD. Lantaran terdesak, polisi melepaskan tembakan gas air mata. Massa tercerai namun kemarahan mereka belum reda.

Sejumlah pot-pot penghias median jalan dirusak. Kerusuhan mereda setelah Kapolres Sumenep Ajun Komisaris Besar Polisi Dirin menemui massa dan meminta maaf terkait proses rekrutmen Bintara Polri.

Perwira Polda Jatim Komisaris Besar Abdul Gafur berpendapat proses seleksi anggota polisi sudah ada ketentuan yang baku. Kendati demikian, ia mengingatkan, kesempatan tersebut dibuka bagi semua warga negara.

Sebelumnya, massa sempat mendatangi Mapolres Sumenep. Mereka menuding Kapolres Sumenep tidak memahami ketentuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait pendaftaran calon polisi dari pondok pesantren. Menurut pendemo meski An Nuqayah tidak termasuk lima pesantren di Jawa Timur yang boleh mendaftar, namun rekan mereka mendaftar dengan menggunakan ijazah Madrasah Aliyah, bukan ijazah pesantren. Video
...more

Sunday, July 01, 2012

Kontras: Komunitas Syiah di Sampang Terus Diancam

Kompas.com - Koordinator Kontras wilayah Jawa Timur, Andi Irfan, mengungkapkan, pengikut Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur, tidak dapat melakukan aktivitas normal akibat banyaknya ancaman pada mereka. Bahkan, pimpinan Syiah, Tajul Muluk, masih ditahan oleh kepolisian karena desakan umat agama mayoritas (muslim Sunni) tanpa didasari landasan hukum yang jelas.

"Saat ini 24 kepala keluarga Syiah tidak dapat menjalankan kegiatan sebagaimana yang orang normal lakukan, karena banyak ancaman dengan nada kekerasan ditujukan pada mereka. Polisi di Sampang dalam hal ini tidak bertindak apa-apa, ada pembiaran yang justru dilakukan oleh aparat penegak hukum yang seharusnya menjamin keamanan masyarakat," ujar Andi di Jakarta, Jumat (29/6/2012).

Lebih lanjut dirinya mengungkapkan, kekerasan yang terjadi di Sampang akibat kepolisian merespon dengan lambat aksi-aksi kekerasan yang dilakukan oleh oknum umat Islam Sunni mayoritas yang berseberangan dengan Syiah. Aksi kekerasan tersebut karena adanya fatwa MUI Sampang, bahwa Syiah sesat dan menyesatkan.

Ia mengatakan, fatwa MUI Sampang tersebut justru semakin melegalkan tindak kekerasan, baik secara lisan maupun perbuatan yang ditujukan pada kalangan pemeluk Islam Syiah di Sampang. Hal tersebut diperparah dengan kehadiran polisi yang tidak tegas, sehingga aksi kekerasan bukan malah mereda, tetapi malah semakin berbuntut panjang.

Hingga saat ini, Kontras menilai, tidak ada jaminan oleh negara (polri), bahwa umat Syiah dilindungi dari segala ancaman pelanggaran HAM. Peran kepolisian Sampang pun hingga hari ini terus dipertanyakan oleh Kontras, mengingat polisi hanya mementingkan rangsangan dari kelompok muslim Sunni yang mayoritas, yaitu dengan cara menuruti semua harapan mereka.

Ia juga mengatakan, polisi dalam hal ini dinilai telah mengabaikan pasal 29 UUD 1945 tentang kebebasan beragama dan sila kesatu Pancasila mengenai Ketuhanam Yang Maha Esa.

"Kelompok Islam garis Syiah bukanlah golongan atheis sehingga polisi, bagaimanapun juga keadaannya, harus bisa melindungi dan memediasi perdamaian sekaligus menindak tegas pelaku kekerasan, meskipun mengalami keterbatasan personel seperti yang diutarakan oleh Kapolres Sampang," ujarnya.

"Komitmen kepolisian dalam batas reformasi Polri masih dalam batas retorika. Buktinya, di Sampang sampai hari ini polisi masih mementingkan dan membela desakan kaum mayoritas tanpa didasari oleh penyelidikan terlebih dahulu," tambahnya.

Seperti pernah diberitakan, peristiwa bentrokan Sampang terjadi di pengujung Desember lalu (29/12/2012). Peristiwa itu mengakibatkan rumah, sekolah, dan masjid komunitas Syiah dibakar oleh muslim Sunni. Meskipun kejadian tersebut sudah lewat enam bulan, namun hingga saat ini muslim Syiah belum sepenuhnya mendapatkan perlindungan yang pasti oleh negara.

Kontras menilai, kepolisian seharusnya dapat menjamin setiap warga negara untuk mendapatkan keamanan yang layak dan kebebasan beribadah, serta beragama sebagaimana diatur oleh konstitusi.
...more

Sunday, May 06, 2012

Menteri PU Didemo Tokoh Adat

Liputan6.com - Kedatangan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto di Jembatan Suramadu, Bangkalan, Madura, Senin (30/4), disambut demo puluhan tokoh adat Labang Bangkalan. Mereka kesal dan tersinggung lantaran pendirian alat pemantau Jembatan Suramadu tidak memberitahukan pada masyarakat setempat.

Dengan alat pemantau tersebut, seluruh aktivitas di Jembatan Suramadu terpantau mulai dari deteksi adanya gempa, kecepatan angin di Suramadu hingga kerusakan jembatan. Dengan alat ini, kemungkinan terjadinya musibah , seperti ambruknya jembatan seperti yang terjadi di Kutai Kertanegara dapat diatasi sejak dini.

Namun karena kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat di sekitar Jembatan Suramadu membuat jalannya acara sedikit terhambat akibat aksi demo puluhan tokoh adat Madura. Video
...more

Thursday, March 29, 2012

Tajul Muluk Resmi Jadi Tersangka Pengajar Syiah Menyimpang di Madura

Tajul Muluk
Detik.com - Kasus tuduhan penodaan agama yang terjadi pada ajaran Syiah di Sampang, Madura akan berbuntut panjang. Sebab pimpinan pondok pesantren, Tajul Muluk bahkan ditetapkan Polda Jatim sebagai tersangka per 16 Maret 2012 lalu.

Hal ini diungkapkan oleh salah satu dari kuasa Hukum Tajul Muluk, Otman Ralibi. Satu dari 10 kuasa hukum yang disewa Tajul Muluk ini memastikan kliennya telah ditetapkan menjadi tersangka.

"Hari ini Tajul Muluk telah resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penodaan agama. Dan pagi tadi Tajul dipanggil oleh pihak Polda Jatim," kata Otman saat ditemui di Mapolda Jatim, Senin (19/3/2012).

Keputusan tersebut kemudian berlanjut dengan adanya Surat Panggilan no: S.Pgl/626/III /2012/Ditreskrimum, tertgl 16 Maret 2012. Berdasar LP no: LP/03/ I/2012/Polres, tgl 3 jan 2012 dan Surat Perintah Penyidikan no: Sp. Sidik/ 47 / I/2012/Ditres krimum tgl 27 Januari 2012. Memanggil Tajul Muluk meng hadap Kompol Drs. Supardi Astiko, M. Hum. Kanit I Kamneg Subdit I Pidum, kantor Ditreskrimum Polda Jatim.

Sebagai kuasa hukumnya, Otman pun menyayangkan sikap Polda Jatim yang terkesan berpihak pada seseorang (pelapor). Apalagi, Tajul Muluk dijerat dua pasal, yakni pasal KUHP 156 A tentang penistaan agama dan pasal 335 karena telah melakukan perbuatan tidak menyenangkan.

"Dimana letak yang dianggap penodaan agama?," pungkasnya.

Otma pun meminta penangguhan pemeriksaan terhadap penyidik. Setidaknya, menurut Otman, keputusan atas status tersangka pada Tajul Maluk harus memenuhi kelengkapan-kelengkapan data lainnya.

"Harus ada tindakan pendahuluan dari pemerintah, saksi ahli seperti pakar agama dan pakar pidana," lanjut Otman.
...more

Monday, January 09, 2012

Pasokan Air untuk Pengungsi Syiah Dihentikan

Liputan6.com - Karena tidak bersedia kembali ke daerah asalnya di Karanggayam, Omben, Sampang, Madura, Pemkab Sampang menghentikan bantuan air untuk pengungsi Syiah yang ditampung di Kota Sampang, Jawa Timur. Karena tidak ada air bersih, para pengungsi terpaksa wudhu dan mandi dengan air kotor bekas genangan banjir di belakang gedung tempat penampungan.

Akibatnya, para pengungsi mulai menderita gatal karena air yang digunakan bercampur kotoran dan lumpur. Pemkab Sampang sendiri berdalih, penghentian bantuan sudah habis sesuai target satu pekan untuk pengungsi Syiah. Apalagi dalam waktu dekat gedung olahraga tersebut akan digunakan untuk pertandingan berbagai macam cabang olahraga. Video
...more

Tuesday, January 03, 2012

Warga Syiah Diminta Hentikan Aktivitas

Liputan6.com - Warga Syiah agar menghentikan aktivitasnya, karena dikhawatirkan akan menimbulkan salah paham seperti yang terjadi di Sampang, Madura, Jawa Timur. Demikian ditegaskan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron dalam pertemuan ulama Ahlussunah wal Jamaah dengan perwakilan Syiah di Pendopo Bupati Bangkalan, Madura, Jatim, Ahad (1/1).

Perwakilan Syiah menepis semua tuduhan tokoh masyarakat bahwa mereka mengajarkan ajaran sesat. Mereka juga membantah tuduhan soal membolehkan nikah yang hanya dihadiri dua orang yang bersangkutan dan tanpa saksi, serta tidak menganjurkan salat Jumat.

Pertemuan yang difasilitasi Bupati Bangkalan itu merupakan upaya untuk tidak saling menyudutkan dan menyelesaikan kesalahpahaman yang selama ini terjadi. Meski demikian, para ulama dan Pemkab Bangkalan tetap meminta warga Syiah di Bangkalan, agar menghentikan aktivitas mereka untuk sementara waktu.

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifulloh Yusuf merencanakan opsi relokasi bagi warga Syiah di Sampang, Madura. Pihak pemerintah provinsi akan berkoordinasi dengan Bupati Sampang, untuk menentukan lokasi baru bagi mereka.

“Mereka bisa saja direlokasi ke daerah transmigran,” kata Syaifulloh Yusuf.

Sejauh ini, Pemkab Sampang sedang melakukan verifikasi terhadap 253 orang pengikut Syiah yang dievakuasi ke suatu tempat. Hal itu dimaksudkan, untuk mengetahui warga yang ingin kembali dan tidak ingin kembali ke rumah masing-masing. Bagi yang tidak mau kembali, mereka akan direlokasi. Video
...more

Sunday, January 01, 2012

Pengikut Syiah Takut Kembali ke Rumah

Liputan6.com - Para pengikut aliran Syiah masih mengungsi di kantor Kecamatan Omben, Sampang, Madura, Jawa Timur, Jumat (30/12). Mereka tidak berani pulang setelah adanya aksi pembakaran tiga rumah dan pondok pengikut Syiah di Karanggayam, Sampang, Kamis kemarin.

Hingga saat ini, aparat keamanan masih bersiaga di sekitar lokasi kejadian. Langkah ini bertujuan mengantisipasi serangan balik massa Syiah.

Inti masalah berawal dari selisih paham tata cara beribadah antara Kyai Rois, yang didukung warga setempat, dengan adik Ustaz Tajul Muluk, penganut Syiah. Konflik pun memanas hingga berujung anarkis. Video
...more

Saturday, December 31, 2011

Pondok Syiah di Sampang Dibakar Massa, Dituding Sebar Aliran Sesat

Detik.com - Sebuah pesantren di Dusun Nangkrenang Desa Karang Gayam Kecamatan Karang Penang, Sampang, Madura, dibakar. Pembakaran ini diduga karena pesantren milik tokoh Islam Syiah, KH Tajul Muluk memaksakan faham syiah ke lingkungan sekitar.

Ratusan warga sekitar memaksa masuk lokasi dengan membakar mushola dan rumah tanpa ampun. Selain membakar, warga membawa senjata tajam untuk merusak rumah dan mengusir penghuni rumah agar tidak lagi menyebarkan aliran Islam yang sudah diyakini warga.

Kasat Reskrim Polres Sampang AKP Roy Aquari Prawiro Sastro membenarkan kejadian tersebut. "Kejadian sekitar pukul 10.00 WIB, tapi kasus ini sudah diambil alih Polda Jatim," kata Roy saat dihubungi detiksurabaya.com, Kamis (29/12/2011).

Hingga pukul 14.00 WIB, polisi yang semula diancam tidak diperbolehkan masuk, kini sudah bisa dikuasai. Dari pantauan detiksurabaya.com, lokasi rumah dan mushola sudah rata dengan tanah.
...more

Friday, April 15, 2011

Kampung Syiah Sampang Dijaga Aparat

Kompas.com - Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura Jawa Timur, sebagai basis kegiatan jemaah Syiah dijaga oleh aparat keamanan. Penjagaan itu dilakukan untuk mengantisipasi adanya aksi dari sekelompok masyarakat, yang menolak  paham yang dibawa oleh Tajul Muluk.


Berdasarkan pantauan di lokasi, sedikitnya ada tiga anggota dari Koramil Omben, yang setiap hari melakukan pemantauan lokasi. Ketiganya menyisir perkampungan yang berada di tengah persawahan. "Kami intens melakukan pemantauan setiap waktu. Sebab jika terjadi sesuatu, kami yang akan ditanya lebih dulu oleh pimpinan," terang Suryadi, salah anggota Koramil Omben, yang sekaligus Babinsa Desa Karang Gayam.

Tidak hanya dari aparat TNI, dari pihak kepolisian juga turut serta dalam pemantauan kampung Syiah tersebut. Menurut Suryadi, pihaknya berjaga secara bergantian dengan anggota kepolisian dari Polres Sampang.

Sementara itu Kapolsek Omben AKP Aris Dwiyanto saat dihubungi melalui ponselnya, Kamis (14/04/2011) mengatakan, tanggungjawab keamanan tidak hanya dari unsur kepolisian. Tetapi semua unsur dilibatkan. "Semua anggota Muspida juga turut serta dalam pengamanan, sesuai dengan tugas dan wewenangnya masing-masing," kata Aris Dwiyanto.

Sebelumnya, tanggal 4 April lalu, sekitar 3 ribu massa ditengarai berniat menyerang kampung Syiah di Dusun Nangkernang yang dijadikan tempat kegiatan Ikatan Jemaah Ahlil Bait (IJABI) Sampang. Massa tersebut berasal dari enam desa, masing-masing Desa Sokobanah, Desa Ketapang, Desa Karang Penang, Desa Karang Gayam, Desa Blu'uran dan Desa Tlambah. Penyerangan urung terjadi, karena aparat kepolisian telah mengamankan terlebih dahulu ketua IJABI, Tajul Muluk, ke Mapolres Sampang.
...more