Kompas.com - Otoritas Bandara Soekarno-Hatta membenarkan peristiwa pemukulan yang dilakukan oknum TNI terhadap seorang petugas Aviation Security di Terminal Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
Showing posts with label TNI AL. Show all posts
Showing posts with label TNI AL. Show all posts
Wednesday, August 09, 2017
Friday, April 08, 2016
Oknum TNI AL Terlibat Pengiriman 5.000 Liter Solar Ilegal
Kompas.com - Aparat gabungan dari Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Bojonegoro, Subdetasemen Polisi Militer Bojonegoro dan Sekuriti Pertamina Eksplorasi Produksi Asset 4 Field Cepu Senin (4/4/2016) dinihari, menggagalkan pengiriman 5.000 liter solar ilegal ke Malang.
Saturday, January 23, 2016
Dua Polisi Dikeroyok Oknum TNI AL
Okezone.com - Dua anggota Kepolisian Unit Lantas Polsek Bekasi Utara babakbelur dipukuli oleh oknum TNI Angkatan Laut di Gerbang Perumahan Prima Harapan, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Sabtu (9/1/2016) sore.
Tuesday, February 10, 2015
TNI AL: Anggota Polri Tak Pegang Surat Tugas, Malah Menodong Pakai Pistol
![]() |
Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir |
Kompas.com - Pengeroyokan dua anggota Polri oleh anggota TNI AL yang sedang melaksanakan operasi penegakan ketertiban (Ops Gaktib) pada Jumat dini hari kemarin, disebut karena anggota Polri menantang personel TNI.
Bahkan, dua anggota Polri berinisial TA dari Jatanras Polda Metro Jaya dan perwira menengah Polri berinisial BH dikatakan sempat mengeluarkan senjata api.
"Mereka tidak mau menunjukkan identitasnya. Bahkan mengeluarkan pistol dan menodong," kata Kadispen TNI AL Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir kepada Kompas.com, Minggu (8/2/2015).
Manahan menuturkan, awalnya anggota TNI AL yang juga terdiri dari personel Propam mendapati beberapa anggota TNI dan Polri lainnya terjaring dalam operasi di Bengkel Cafe, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, jam 00.00 WIB.
Kemudian, di sebuah ruangan, didapati juga dua anggota Polri. Mereka pertama-tama dimintai kartu identitas oleh anggota TNI. Namun, ujar Manahan, TA dan BH tidak mau memberikan kartu identitas. [Baca: Penjelasan TNI AL Soal Pengeroyokan Dua Anggota Polri di Bengkel Cafe]
Setelah berkali-kali diminta, mereka berdua terlihat kesal dan mengeluarkan senjata api jenis pistol lalu menodongkannya kepada anggota TNI yang ada di sana. Merasa terancam, anggota TNI yang jumlahnya 48 orang dalam operasi tersebut memberikan perlawanan terhadap TA dan BH.
Mereka berdua tidak bisa melawan dan akhirnya terpaksa dibawa pergi oleh anggota TNI. Mereka pun dibawa ke markas POM TNI AL dan menunggu beberapa jam sampai seorang perwira Polri berpangkat kombes datang memberikan penjelasan.
Berdasarkan informasi dari anggota saat itu, jelas Manahan, TA dan BH tidak mengenakan seragam polisi dan tidak menunjukkan surat tugas. Dalam berita sebelumnya, TA dan BH disebut sedang melakukan tugas khusus dari Bareskrim Polri dan membawa surat tugas resmi.
...more
Bahkan, dua anggota Polri berinisial TA dari Jatanras Polda Metro Jaya dan perwira menengah Polri berinisial BH dikatakan sempat mengeluarkan senjata api.
"Mereka tidak mau menunjukkan identitasnya. Bahkan mengeluarkan pistol dan menodong," kata Kadispen TNI AL Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir kepada Kompas.com, Minggu (8/2/2015).
Manahan menuturkan, awalnya anggota TNI AL yang juga terdiri dari personel Propam mendapati beberapa anggota TNI dan Polri lainnya terjaring dalam operasi di Bengkel Cafe, kawasan SCBD, Jakarta Selatan, jam 00.00 WIB.
Kemudian, di sebuah ruangan, didapati juga dua anggota Polri. Mereka pertama-tama dimintai kartu identitas oleh anggota TNI. Namun, ujar Manahan, TA dan BH tidak mau memberikan kartu identitas. [Baca: Penjelasan TNI AL Soal Pengeroyokan Dua Anggota Polri di Bengkel Cafe]
Setelah berkali-kali diminta, mereka berdua terlihat kesal dan mengeluarkan senjata api jenis pistol lalu menodongkannya kepada anggota TNI yang ada di sana. Merasa terancam, anggota TNI yang jumlahnya 48 orang dalam operasi tersebut memberikan perlawanan terhadap TA dan BH.
Mereka berdua tidak bisa melawan dan akhirnya terpaksa dibawa pergi oleh anggota TNI. Mereka pun dibawa ke markas POM TNI AL dan menunggu beberapa jam sampai seorang perwira Polri berpangkat kombes datang memberikan penjelasan.
Berdasarkan informasi dari anggota saat itu, jelas Manahan, TA dan BH tidak mengenakan seragam polisi dan tidak menunjukkan surat tugas. Dalam berita sebelumnya, TA dan BH disebut sedang melakukan tugas khusus dari Bareskrim Polri dan membawa surat tugas resmi.
Wednesday, January 21, 2015
Dentuman Meriam Saat Pembacaan Berita Acara Eksekusi Lahan di Markas TNI AL
Kompas.com - Bunyi dentuman meriam mewarnai kericuhan saat pembacaan berita acara pengeksekusian lahan Markas Komando Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) di RW 02, 03 dan 05, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Rabu (14/1/2015) pukul 10.30.
Dentuman beradius sekitar 500 meter ini membuat ratusan anggota polisi dan warga yang ada di lokasi terkejut. Bahkan, mereka yang mengira itu adalah suara meriam berpeluru, langsung berhamburan menyelamatkan diri.
Salah seorang warga bernama Tono (51) mengaku kecewa dengan insiden tersebut. Menurut dia, sebagai aparat penegak hukum, seharusnya massa dari TNI AL tidak perlu membunyikan meriam untuk memukul mundur petugas.
"Tidak elegan cara seperti itu, kan kasihan orang yang sudah tua terlebih memiliki penyakit jantung. Kalau mendengar itu, bisa jantungan dan bisa mengancam nyawanya," kata Tono, salah seorang penghuni di Apartemen Gading Bukit Mediterania di lokasi, Rabu siang.
Tono mengungkapkan, bunyi dentuman meriam sudah terdengar sejak pukul 08.00 atau dua jam sebelum petugas juru sita tiba di lokasi. Seingatnya, ada tiga kali bunyi dentuman meriam dan belasan bunyi senjata laras panjang. Namun, Tono tidak mengetahui lokasi sumber bunyi tersebut.
"Kayaknya sumber bunyi berasal dari dalam sana (massa TNI AL), karena anggota polisi dan PN Jakut kan tidak bawa senjata," ujar Tono.
Selama tiga tahun hidup berdampingan dengan Markas Pomal TNI AL, diakui Tono hanya tadilah terdengar bunyi dentuman. Ia pun mengaku terkejut, begitu mendengar bunyi dentuman meriam.
"Baru kali ini aja kok terdengar bunyi dentuman meriam. Dulu-dulu tidak pernah, ini namanya menyalahi Hak Asasi Manusia (HAM) untuk mendapat kenyamanan hidup. Mana bisa orang hidup nyaman, tapi terdengar bunyi keras itu," kata Tono.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Seksi Barang Milik Negara (BMN) TNI AL Letnan Kolonel Laut (KH) Amir Mahmud, membantah bahwa pihaknya sengaja membunyikan meriam kosong untuk memukul barisan petugas. Amir menegaskan, bunyi dentuman itu merupakan bunyi senjata pasukan TNI AL yang sendang latihan.
"Tiap tahun memang kita latihan, itu bukan untuk menakut-nakuti petugas PN Jakut, tapi bunyi senjata saat petugas latihan," kata Amir.
Amir menegaskan, pihak TNI AL menolak eksekusi, sebab dalam proses pengadilan yang digelar, bukti-bukti dari pihak TNI diabaikan. "Berdasarkan UU No 1 tahun 2004, tentang UU Perbendaharan Negara pihak manapun dilarang menyita barang milik negara. Kami sebagai pihak yang dititipkan oleh negara wajib mengamankan aset," tegas Amir.
Pada kesempatan itu, Bagian Bantuan Hukum, Direktur Jendral Kekayaan Kementerian Keuangan RI, Sungkana, menyatakan, bahwa bangunan milik TNI AL itu berdiri di atas lahan milik negara. Oleh karenanya, eksekusi tidak tepat. Mengingat UU No 1 tahun 2004 pasal 50 menyebutkan barang milik negara tidak boleh di eksekusi dan merupakan aset negara.
"Secara letigasi kami tengah melakukan upaya hukum di PN Jakarta Utara dan Klaten. Saat ini usaha yang kita lakukan sampai dengan PK (Peninjauan Kembali)," kata Sungkana.
...more
Dentuman beradius sekitar 500 meter ini membuat ratusan anggota polisi dan warga yang ada di lokasi terkejut. Bahkan, mereka yang mengira itu adalah suara meriam berpeluru, langsung berhamburan menyelamatkan diri.
Salah seorang warga bernama Tono (51) mengaku kecewa dengan insiden tersebut. Menurut dia, sebagai aparat penegak hukum, seharusnya massa dari TNI AL tidak perlu membunyikan meriam untuk memukul mundur petugas.
"Tidak elegan cara seperti itu, kan kasihan orang yang sudah tua terlebih memiliki penyakit jantung. Kalau mendengar itu, bisa jantungan dan bisa mengancam nyawanya," kata Tono, salah seorang penghuni di Apartemen Gading Bukit Mediterania di lokasi, Rabu siang.
Tono mengungkapkan, bunyi dentuman meriam sudah terdengar sejak pukul 08.00 atau dua jam sebelum petugas juru sita tiba di lokasi. Seingatnya, ada tiga kali bunyi dentuman meriam dan belasan bunyi senjata laras panjang. Namun, Tono tidak mengetahui lokasi sumber bunyi tersebut.
"Kayaknya sumber bunyi berasal dari dalam sana (massa TNI AL), karena anggota polisi dan PN Jakut kan tidak bawa senjata," ujar Tono.
Selama tiga tahun hidup berdampingan dengan Markas Pomal TNI AL, diakui Tono hanya tadilah terdengar bunyi dentuman. Ia pun mengaku terkejut, begitu mendengar bunyi dentuman meriam.
"Baru kali ini aja kok terdengar bunyi dentuman meriam. Dulu-dulu tidak pernah, ini namanya menyalahi Hak Asasi Manusia (HAM) untuk mendapat kenyamanan hidup. Mana bisa orang hidup nyaman, tapi terdengar bunyi keras itu," kata Tono.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Seksi Barang Milik Negara (BMN) TNI AL Letnan Kolonel Laut (KH) Amir Mahmud, membantah bahwa pihaknya sengaja membunyikan meriam kosong untuk memukul barisan petugas. Amir menegaskan, bunyi dentuman itu merupakan bunyi senjata pasukan TNI AL yang sendang latihan.
"Tiap tahun memang kita latihan, itu bukan untuk menakut-nakuti petugas PN Jakut, tapi bunyi senjata saat petugas latihan," kata Amir.
Amir menegaskan, pihak TNI AL menolak eksekusi, sebab dalam proses pengadilan yang digelar, bukti-bukti dari pihak TNI diabaikan. "Berdasarkan UU No 1 tahun 2004, tentang UU Perbendaharan Negara pihak manapun dilarang menyita barang milik negara. Kami sebagai pihak yang dititipkan oleh negara wajib mengamankan aset," tegas Amir.
Pada kesempatan itu, Bagian Bantuan Hukum, Direktur Jendral Kekayaan Kementerian Keuangan RI, Sungkana, menyatakan, bahwa bangunan milik TNI AL itu berdiri di atas lahan milik negara. Oleh karenanya, eksekusi tidak tepat. Mengingat UU No 1 tahun 2004 pasal 50 menyebutkan barang milik negara tidak boleh di eksekusi dan merupakan aset negara.
"Secara letigasi kami tengah melakukan upaya hukum di PN Jakarta Utara dan Klaten. Saat ini usaha yang kita lakukan sampai dengan PK (Peninjauan Kembali)," kata Sungkana.
Tuesday, October 28, 2014
Tak Terima Ditegur, Oknum TNI AL Aniaya Satpam Pasar Kramatjati
Liputan6.com - Puluhan oknum anggota TNI AL mengeroyok 5 satpam Pasar Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa dini hari. Keributan itu diduga dipicu karena salah paham dan tidak terima ditegur satpam lantaran sang prajurit salah mengambil jalur masuk pasar.
Informasi yang dihimpun, peristiwa itu berawal saat oknum anggota TNI AL mengendarai mobil masuk ke Pasar Kramatjati pada Senin, 20 Oktober 2014 sekitar pukul 20.00 WIB. Karena dinilai salah jalur, petugas keamanan pasar menegur pengendara mobil itu. Tidak terima ditegur, oknum anggota TNI ini turun dari mobil dan berkelahi dengan satpam.
Kalah jumlah, sang oknum anggota TNI lalu keluar meninggalkan pasar. Tapi, tak lama kemudian oknum ini membawa serta puluhan rekannya menggunakan sepeda motor dan mobil. Keributan pun tak terhindarkan. 5 Petugas keamanan pasar akhirnya tak berdaya melawan hingga mengalami luka parah dan harus dirawat di Rumah Sakit UKI.
Saat dikonfirmasi terkait peristiwa itu, Kasubag Humas Polrestro Jakarta Timur Kompol Sri Bhayakari mengatakan kasus itu sudah ditangani POM AL. "Kasusnya sudah ditangani POM AL langsung," ungkap Sri di Mapolrestro Jakarta Timur, Selasa (21/10/2014).
Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya mengaku belum menerima informasi lebih lanjut terkait peristiwa itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko sendiri sudah memerintahkan jajaran TNI AL untuk menyelidiki kasus ini.
"Panglima tadi sudah perintahkan TNI AL untuk menyelidiki kasus tersebut untuk mencari kebenarannya atau itu hanya sekadar isu saja. Kalau benar, beliau memerintahkan agar ditangkap dan diproses secara hukum," kata Fuad.
Sementara Kadispen Komando Marinir Letkol (Mar) Suwandi mengatakan adanya peristiwa itu. Kala itu, 3 anggota Marinir sedang berbelanja di Pasar Kramatjati. Diakuinya memang terjadi kesalahpahaman dengan petugas keamanan setempat.
"Saat itu sudah diselesaikan, dan sudah menjadi kebiasaan kami jika terjadi keributan komandan kesatuan melakukan konsinyering atau menahan anggotanya untuk tidak keluar dari barak," ungkap Suswandi.
Suwandi memang mendengar adanya keributan pada malam itu. Tapi, dia menolak jika disebut oknum dari Marinir yang terlibat dalam keributan itu.
"Memang pada malam itu kami juga mendengar keributan, kita tidak tahu itu keributan bagaimana, dan kami menolak jika dilakukan oleh kami, karena komandan kesatuan telah konsinyering anggotanya. Walaupun demikian kita tetap menyelidiki karena kita tidak akan melindungi anggota yang tidak benar," tutup Suwandi.
...more
Informasi yang dihimpun, peristiwa itu berawal saat oknum anggota TNI AL mengendarai mobil masuk ke Pasar Kramatjati pada Senin, 20 Oktober 2014 sekitar pukul 20.00 WIB. Karena dinilai salah jalur, petugas keamanan pasar menegur pengendara mobil itu. Tidak terima ditegur, oknum anggota TNI ini turun dari mobil dan berkelahi dengan satpam.
Kalah jumlah, sang oknum anggota TNI lalu keluar meninggalkan pasar. Tapi, tak lama kemudian oknum ini membawa serta puluhan rekannya menggunakan sepeda motor dan mobil. Keributan pun tak terhindarkan. 5 Petugas keamanan pasar akhirnya tak berdaya melawan hingga mengalami luka parah dan harus dirawat di Rumah Sakit UKI.
Saat dikonfirmasi terkait peristiwa itu, Kasubag Humas Polrestro Jakarta Timur Kompol Sri Bhayakari mengatakan kasus itu sudah ditangani POM AL. "Kasusnya sudah ditangani POM AL langsung," ungkap Sri di Mapolrestro Jakarta Timur, Selasa (21/10/2014).
Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya mengaku belum menerima informasi lebih lanjut terkait peristiwa itu. Panglima TNI Jenderal Moeldoko sendiri sudah memerintahkan jajaran TNI AL untuk menyelidiki kasus ini.
"Panglima tadi sudah perintahkan TNI AL untuk menyelidiki kasus tersebut untuk mencari kebenarannya atau itu hanya sekadar isu saja. Kalau benar, beliau memerintahkan agar ditangkap dan diproses secara hukum," kata Fuad.
Sementara Kadispen Komando Marinir Letkol (Mar) Suwandi mengatakan adanya peristiwa itu. Kala itu, 3 anggota Marinir sedang berbelanja di Pasar Kramatjati. Diakuinya memang terjadi kesalahpahaman dengan petugas keamanan setempat.
"Saat itu sudah diselesaikan, dan sudah menjadi kebiasaan kami jika terjadi keributan komandan kesatuan melakukan konsinyering atau menahan anggotanya untuk tidak keluar dari barak," ungkap Suswandi.
Suwandi memang mendengar adanya keributan pada malam itu. Tapi, dia menolak jika disebut oknum dari Marinir yang terlibat dalam keributan itu.
"Memang pada malam itu kami juga mendengar keributan, kita tidak tahu itu keributan bagaimana, dan kami menolak jika dilakukan oleh kami, karena komandan kesatuan telah konsinyering anggotanya. Walaupun demikian kita tetap menyelidiki karena kita tidak akan melindungi anggota yang tidak benar," tutup Suwandi.
Friday, September 12, 2014
Kasus BBM di Batam, Moeldoko Akui Ada Anggota TNI AL yang Terlibat
Kompas.com - Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengakui adanya anggota TNI Angkatan Laut yang terlibat dalam kasus pencurian bahan bakar minyak (BBM) di Kota Batam, Kepulauan Riau. Moeldoko mengatakan, anggota itu akan mendapat hukuman berat jika dinyatakan terbukti terlibat.
"Memang saya akui ada. Kini sedang kita proses. Pangkatnya Sertu," ujar Moeldoko di Jakarta, Selasa (9/9/2014).
Moeldoko mengatakan, ada transaksi tidak wajar yang melibatkan anggota TNI itu. Namun, ia tak mau menjelaskan lebih jauh soal keterlibatan anggotanya dalam kasus tersebut.
"Sedang kita dalami. Saya belum bisa jawab sekarang karena sedang kita proses," kata Moeldoko.
Hanya, Moeldoko menegaskan bahwa ancaman sanksi terhadap anggota TNI itu tergolong berat lantaran menyangkut BBM.
"Menurut saya berat itu. Di satu sisi kita lagi kesulitan BBM, ada yang main-main di situ. Berat itu," ungkap dia.
Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri sebelumnya menangkap pemilik kapal MT Lautan I, AM. Ia menjadi tersangka kasus dugaan pencucian uang dan korupsi terkait transaksi keuangan mencurigakan senilai Rp 1,3 triliun di Kota Batam. Tersangka diduga membeli atau mengambil sebagian bahan bakar minyak Pertamina yang diangkut kapal dengan kapal lain secara ilegal di tengah laut.
Polri juga menahan empat tersangka lain, yaitu Niwen Khairiah, PNS di Pemerintah Kota Batam yang juga adik AM, serta supervisor Pertamina, yaitu Yusri, Aripin Achmad, dan Dunun. Kasus ini mencuat ketika PPATK menemukan transaksi mencurigakan milik PNS di Kota Batam senilai Rp 1,3 triliun. Angka tersebut akumulasi transaksi tahun 2008-2013.
AM diduga membeli minyak secara ilegal dari Yusri. Pengambilan ilegal dari kapal pengangkut BBM milik Pertamina dilakukan di tengah laut dengan MT Lautan I.
Pembayaran pembelian dan penjualan BBM secara ilegal itu dilakukan di Singapura. Hasil penjualan minyak diserahkan kepada Niwen melalui kurir.
Polri juga menyita barang bukti, antara lain, rumah toko, sertifikat lahan dan bangunan, kendaraan, alat berat, serta dokumen bank. Niwen mengirim uang ke beberapa perusahaan yang dimiliki AM serta kepada Aripin dan Dunun.
...more
"Memang saya akui ada. Kini sedang kita proses. Pangkatnya Sertu," ujar Moeldoko di Jakarta, Selasa (9/9/2014).
Moeldoko mengatakan, ada transaksi tidak wajar yang melibatkan anggota TNI itu. Namun, ia tak mau menjelaskan lebih jauh soal keterlibatan anggotanya dalam kasus tersebut.
"Sedang kita dalami. Saya belum bisa jawab sekarang karena sedang kita proses," kata Moeldoko.
Hanya, Moeldoko menegaskan bahwa ancaman sanksi terhadap anggota TNI itu tergolong berat lantaran menyangkut BBM.
"Menurut saya berat itu. Di satu sisi kita lagi kesulitan BBM, ada yang main-main di situ. Berat itu," ungkap dia.
Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri sebelumnya menangkap pemilik kapal MT Lautan I, AM. Ia menjadi tersangka kasus dugaan pencucian uang dan korupsi terkait transaksi keuangan mencurigakan senilai Rp 1,3 triliun di Kota Batam. Tersangka diduga membeli atau mengambil sebagian bahan bakar minyak Pertamina yang diangkut kapal dengan kapal lain secara ilegal di tengah laut.
Polri juga menahan empat tersangka lain, yaitu Niwen Khairiah, PNS di Pemerintah Kota Batam yang juga adik AM, serta supervisor Pertamina, yaitu Yusri, Aripin Achmad, dan Dunun. Kasus ini mencuat ketika PPATK menemukan transaksi mencurigakan milik PNS di Kota Batam senilai Rp 1,3 triliun. Angka tersebut akumulasi transaksi tahun 2008-2013.
AM diduga membeli minyak secara ilegal dari Yusri. Pengambilan ilegal dari kapal pengangkut BBM milik Pertamina dilakukan di tengah laut dengan MT Lautan I.
Pembayaran pembelian dan penjualan BBM secara ilegal itu dilakukan di Singapura. Hasil penjualan minyak diserahkan kepada Niwen melalui kurir.
Polri juga menyita barang bukti, antara lain, rumah toko, sertifikat lahan dan bangunan, kendaraan, alat berat, serta dokumen bank. Niwen mengirim uang ke beberapa perusahaan yang dimiliki AM serta kepada Aripin dan Dunun.
Thursday, August 28, 2014
Diteriaki maling, Marinir nyaris tewas dihajar massa di Cinere
Merdeka.com - Seorang anggota TNI Kopda Aris Ariyanto nyaris tewas dihajar massa Jl H Jaeran Cinere, Depok, kemarin malam. Tentara dari Korps Marinir itu dicurigai sebagai pencuri.
"Pelaku saat ini dirawat di RS Bhakti Yuda Pancoran Mas. Kondisi luka berat karena amuk massa," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Selasa (26/8).
Menurut Rikwanto, berdasarkan keterangan saksi Nahrowi, saat keluar gang menggunakan sepeda motor, terlihat seorang laki-laki dikejar massa sambil diteriaki maling. Saat berpapasan Nahrowi tiba-tiba ditodong senjata api oleh Aris.
Aris sempat berusaha menguasai sepeda motor korban. Karena kaget Nahrowi mendorong sepeda motornya ke arah pelaku. "Pada saat bersamaan pelaku menembak korban mengenai punggung kaki sebelah kanan," ujarnya.
Tetapi Aris tidak jadi membawa sepeda motor karena massa sudah mengepung dan langsung menghakimi hingga mengalami luka cukup parah. Sejumlah barang bukti berupa 1 pucuk Senpi jenis pistol, 2 peluru aktif dan 2 selongsong peluru serta kartu anggota diamankan.
Sementara Nahrowi sudah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
"Kita koordinasi dengan Komandan Kodim Depok dan As Intel KorMar untuk penanganan selanjutnya," tandasnya.
...more
"Pelaku saat ini dirawat di RS Bhakti Yuda Pancoran Mas. Kondisi luka berat karena amuk massa," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, Selasa (26/8).
Menurut Rikwanto, berdasarkan keterangan saksi Nahrowi, saat keluar gang menggunakan sepeda motor, terlihat seorang laki-laki dikejar massa sambil diteriaki maling. Saat berpapasan Nahrowi tiba-tiba ditodong senjata api oleh Aris.
Aris sempat berusaha menguasai sepeda motor korban. Karena kaget Nahrowi mendorong sepeda motornya ke arah pelaku. "Pada saat bersamaan pelaku menembak korban mengenai punggung kaki sebelah kanan," ujarnya.
Tetapi Aris tidak jadi membawa sepeda motor karena massa sudah mengepung dan langsung menghakimi hingga mengalami luka cukup parah. Sejumlah barang bukti berupa 1 pucuk Senpi jenis pistol, 2 peluru aktif dan 2 selongsong peluru serta kartu anggota diamankan.
Sementara Nahrowi sudah dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.
"Kita koordinasi dengan Komandan Kodim Depok dan As Intel KorMar untuk penanganan selanjutnya," tandasnya.
Monday, May 19, 2014
Marah dan Tantang Warga Kalibaru, Oknum TNI AL Dikeroyok hingga Babak Belur
![]() |
Ilustrasi |
Kompas.com - Seorang oknum anggota TNI AL, Kopral Dua EW, dikeroyok warga di Kampung Bambu, Kelurahan Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara, Kamis (15/5/2014) dini hari. Dia dikeroyok setelah marah dan menantang warga di kawasan tersebut.
Peristiwa pengeroyokan itu terjadi sekitar pukul 00.30. EW datang ke tempat tersebut ditemani Kibung (46) bersama tiga orang lain. Ia bermaksud mencari seorang gadis pemandu kafe bernama Casey. Namun, setelah datang, Casey tidak berada di lokasi.
"Kemudian EW marah-marah bersama dengan empat orang lainnya dan menantang warga sekitar TKP," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto melalui pesan singkat, Kamis sore.
Karena hal itu, warga mengeroyok EW dan Kibung. Tiga rekan EW melarikan diri. Akibat pengeroyokan, oknum TNI AL yang berdinas di kesatuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Pondok Dayung ini mengalami luka delapan jahitan di kepala dan luka bacokan di tangan dan pergelangan. EW juga mendapat 5 jahitan di tangan dan 3 jahitan untuk pergelangannya. Adapun Kibung mengalami luka pada wajah sebelah kanan serta pelipis kiri memar dan bengkak.
Polisi menyatakan telah memeriksa dua saksi dan melakukan olah tempat kejadian kasus pengeroyokan itu. Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan TNI AL. "Melakukan koordinasi dengan Polisi Militer AL dan Komandan Paska untuk antisipasi berkembangnya situasi," ujar Rikwanto.
Polisi telah mengamankan sebilah samurai yang dibawa oleh EW. EW yang terluka telah dibawa ke RS Koja untuk menjalani perawatan. Polisi menyatakan tengah mencari pelaku pengeroyokan korban.
...more
Peristiwa pengeroyokan itu terjadi sekitar pukul 00.30. EW datang ke tempat tersebut ditemani Kibung (46) bersama tiga orang lain. Ia bermaksud mencari seorang gadis pemandu kafe bernama Casey. Namun, setelah datang, Casey tidak berada di lokasi.
"Kemudian EW marah-marah bersama dengan empat orang lainnya dan menantang warga sekitar TKP," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto melalui pesan singkat, Kamis sore.
Karena hal itu, warga mengeroyok EW dan Kibung. Tiga rekan EW melarikan diri. Akibat pengeroyokan, oknum TNI AL yang berdinas di kesatuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) Pondok Dayung ini mengalami luka delapan jahitan di kepala dan luka bacokan di tangan dan pergelangan. EW juga mendapat 5 jahitan di tangan dan 3 jahitan untuk pergelangannya. Adapun Kibung mengalami luka pada wajah sebelah kanan serta pelipis kiri memar dan bengkak.
Polisi menyatakan telah memeriksa dua saksi dan melakukan olah tempat kejadian kasus pengeroyokan itu. Selain itu, koordinasi juga dilakukan dengan TNI AL. "Melakukan koordinasi dengan Polisi Militer AL dan Komandan Paska untuk antisipasi berkembangnya situasi," ujar Rikwanto.
Polisi telah mengamankan sebilah samurai yang dibawa oleh EW. EW yang terluka telah dibawa ke RS Koja untuk menjalani perawatan. Polisi menyatakan tengah mencari pelaku pengeroyokan korban.
Sunday, May 18, 2014
Gara-gara Ditegur Tak Pakai Helm, Anggota TNI Tusuk Polisi
![]() |
Ilustrasi |
Kompas.com - Kemalangan menimpa Brigadir Hari Jatnika, anggota Satuan Lalu Lintas Polres Garut yang tengah melakukan operasi rutin di Jalan Perintis Kemerdekaan, dekat Bundaran Guntur. Hari terkena tusukan benda tajam setelah rekan polisinya bersitegang dengan seorang anggota TNI Angkatan Laut (AL).
Penusukan terjadi sekitar pukul 09.30. Saat itu, anggota TNI AL yang berinisial Serda DJ mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm. Melihat DJ yang mondar-mandir dengan knalpot bising, anggota Satlantas Polres Garut, Briptu Bedi, memperingatkan DJ.
Mereka kemudian bersitegang dan mulai beradu argumen. Bahkan, mereka saling dorong hingga akhirnya Bedi pun membenturkan kepalanya yang memakai helm ke kepala DJ. Merasa tak terima, DJ pun mengeluarkan senjata tajam. Namun, yang terkena tusukan justru rekan Bedi, yakni Hari.
Hari mendapat luka tusukan di bagian punggung sebelah kiri, tidak terlalu dalam. Kemudian Hari dibawa ke RSUD dr Slamet Garut, dan dirujuk ke RSAD Guntur Garut. Hari langsung bisa pulang pada siang harinya.
Kapolres Garut AKBP Arif Rachman mengatakan, insiden yang menimpa Hari tersebut terjadi karena kesalahpahaman antara DJ dan Bedi. Tuturnya, kondisi keamanan telah kembali kondusif dan pihaknya melakukan penyelidikan ihwal kejadian tersebut.
"Provos Polres Garut, Denpom III/2 Garut, dan Denpom TNI AL sudah menindaklanjuti hal ini bersama. Prosesnya masih dalam pemeriksaan. Hasil resminya masih kami tunggu," kata Kapolres, Kamis (15/5/2014).
Komandan Denpom III/2 Garut, Letkol CPM Ari Widiyanto, mengatakan telah melakukan interogasi kepada DJ. Beberapa barang bukti pun telah diamankan, di antaranya sepeda motor DJ.
"Untuk lebih lanjutnya, DJ kami serahkan pada Denpom TNI AL. Kami hanya mengamankan DJ sementara untuk selanjutnya diserahkan ke Denpom TNI AL karena yang bersangkutan adalah anggota TNI AL," tuturnya.
...more
Penusukan terjadi sekitar pukul 09.30. Saat itu, anggota TNI AL yang berinisial Serda DJ mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm. Melihat DJ yang mondar-mandir dengan knalpot bising, anggota Satlantas Polres Garut, Briptu Bedi, memperingatkan DJ.
Mereka kemudian bersitegang dan mulai beradu argumen. Bahkan, mereka saling dorong hingga akhirnya Bedi pun membenturkan kepalanya yang memakai helm ke kepala DJ. Merasa tak terima, DJ pun mengeluarkan senjata tajam. Namun, yang terkena tusukan justru rekan Bedi, yakni Hari.
Hari mendapat luka tusukan di bagian punggung sebelah kiri, tidak terlalu dalam. Kemudian Hari dibawa ke RSUD dr Slamet Garut, dan dirujuk ke RSAD Guntur Garut. Hari langsung bisa pulang pada siang harinya.
Kapolres Garut AKBP Arif Rachman mengatakan, insiden yang menimpa Hari tersebut terjadi karena kesalahpahaman antara DJ dan Bedi. Tuturnya, kondisi keamanan telah kembali kondusif dan pihaknya melakukan penyelidikan ihwal kejadian tersebut.
"Provos Polres Garut, Denpom III/2 Garut, dan Denpom TNI AL sudah menindaklanjuti hal ini bersama. Prosesnya masih dalam pemeriksaan. Hasil resminya masih kami tunggu," kata Kapolres, Kamis (15/5/2014).
Komandan Denpom III/2 Garut, Letkol CPM Ari Widiyanto, mengatakan telah melakukan interogasi kepada DJ. Beberapa barang bukti pun telah diamankan, di antaranya sepeda motor DJ.
"Untuk lebih lanjutnya, DJ kami serahkan pada Denpom TNI AL. Kami hanya mengamankan DJ sementara untuk selanjutnya diserahkan ke Denpom TNI AL karena yang bersangkutan adalah anggota TNI AL," tuturnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)