Sunday, May 15, 2016

Kicauan Tifatul tentang Penyebab Perkosaan Tuai Kecaman

Voaindonesia.com - Kicauan mantan menteri komunikasi dan informatika Tifatul Sembiring di Twitter tentang penyebab maraknya pemerkosaan di Indonesia, menuai kecaman dari banyak kalangan. Banyak pihak menilai kicauan itu menyederhanakan masalah yang sesungguhnya.



Dalam pesan di akun Twitternya hari Sabtu (7/5) yang merujuk pada pembahasan sengit tentang pemerkosaan di Indonesia, khususnya kasus perkosaan terhadap YY, siswi SMP Padang Ulak Tanding di Bengkulu oleh 14 pemuda, Tifatul Sembiring mengatakan "penyebab utamanya adalah minuman keras. Yang diributin apalah UU kekerasan seksual, kesetaraan, kemiskinan. MIKIR!!"



Banyak pihak, terutama para aktivis perempuan, mengecam pernyataan itu dan media sosial media menjadi wahana perang kata-kata antar pihak. “Tetangga saya memperkosa. Tapi tidak minuman keras. Hanya suka nonton film saru," tulis Veronika Peni.

Sementara pemilik akun Kembang Kertas menulis “bukannya induk dari segala kejahatan itu kemiskinan yaa?”

Widya menulis “hallo masih banyak orang minum tapi gak merkosa.”

Kecaman itu tak menyurutkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera PKS itu. Tifatul Sembiring yang memiliki lebih dari satu juta follower itu masih melanjutkan pernyataannya di Twitter dengan mengatakan “minuman keras itu induk dari segala kejahatan. Bukti sudah banyak: perkosaan, pembunuhan, tabrakan, bunuh istri. Dukung RUU Larangan Miras!”



Wakil Ketua KOMNAS Perempuan Yuniyanti Chuzaifah menyesalkan pernyataan-pernyataan yang menurutnya menyederhanakan masalah menjadi pada isu minuman keras semata, yang kemudian disikapi dengan pendekatan moral. "Memang temuan di NTT dan Papua menujukkan pemabok karena minuman keras/sopi/tuak/milo (minuman lokal yang dibuat dari fermipan kue) memicu terjadinya kekerasan. Tetapi itu hanya pemantik dan yang memperparah tindakan mereka, bukan penyebab utamanya."

Ditambahkannya bahwa seharusnya kacamata yang digunakan lebih luas dan akar masalahnya diselesaikan secara serius. "Yang harus dilihat mengapa orang mabok? Ada maskulinisme, rasa frustrasi kolektif, eskapisme, anger of defeated men, terutama di wilayah konflik dan wilayah yang terabaikan."

Sementara sosiolog Universitas Negeri Jakarta Dr. Robertus Robet menilai pernyataan Tifatul Sembiring tidak lebih dari keinginannya untuk menolak pembahasan atau mendorong pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang ramai disuarakan pasca terungkapnya kasus pemerkosaan beramai-ramai terhadap YY di Bengkulu. “Dalam sudut pandang ideologinya, RUU yang menempatkan perempuan setara itu salah."

Hingga laporan ini disampaikan VOA belum berhasil menghubungi langsung Tifatul Sembiring untuk meminta penjelasan lebih jauh atas pernyataannya.

No comments:

Post a Comment