Showing posts with label Terorisme. Show all posts
Showing posts with label Terorisme. Show all posts

Wednesday, November 23, 2016

Vihara di Singkawang Dilempar Molotov

Cnnindonesia.com - Vihara Budhi Darma di Singkawan, Kalimantan Barat, dilempar benda yang diduga bom molotov, Senin dini hari (14/11).

Gereja Oikumene Samarinda Dilempar Bom Diduga Molotov

Cnnindonesia.com - "Berjaga-jagalah dan berdoa, pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda Seberang." Demikian sebaris pengumuman di akun Facebook Gereja Persekutuan Pantekosta Kanaan Bontang (GPPKB).

Monday, September 05, 2016

Teror Bom di Gereja, Jemaat Berlarian

Ivan Armadi Hasugihan
Kompas.com - Jemaat Gereja Katolik Stasi Santo Yosep di Jalan Dr Mansur Nomor 75 Medan, sontak berlarian, saat seorang pemuda yang menghampiri  pastor sambil menghunus pisau dan membawa benda yang diduga bom, Minggu (28/8/2016).

Friday, August 26, 2016

Konten radikal dan intoleran 'telah rambah' televisi dan radio

Bbc.com - Pengamat media Saidiman Ahmad memandang bahwa penyebaran konten radikal dan intoleran telah merambah ke media mainstream, seperti televisi dan radio.

Friday, August 19, 2016

Survei Wahid Foundation, 11 Juta Muslim Indonesia Berpotensi Radikal

Metrotvnews.com - Mayoritas muslim di Indonesia atau 72% menolak tindakan radikalisme. Namun, 7,7% menyatakan bersedia berpartisipasi dan 0,4% responden mengaku pernah berpartisipasi dalam kegiatan yang berpotensi melibatkan kekerasan atas nama agama.

Monday, July 18, 2016

Pelaku Bom Bunuh Diri di Solo Terlibat Teror Bom Thamrin

Tempo.co - Kepala Kepolisian Republik Indonesia Badrodin Haiti mengatakan pelaku bom bunuh diri di Solo diduga kuat juga terlibat dalam kasus bom Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016. Dia termasuk dalam jaringan Arif Hidayatullah alias Abu Mush'ab yang ditangkap polisi di Bekasi pada pertengahan Desember tahun lalu.

Friday, June 24, 2016

Khawatir Jadi Sasaran Teroris, Tiga Anak Tito Tinggal di Singapura

Kompas.com - Calon tunggal Kapolri Komisaris Jenderal Tito Karnavian dikenal sebagai polisi ahli terorisme. Dia pernah menjabat sebagai Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, satuan khusus milik Polri yang berfungsi menindak para teroris.

Thursday, May 26, 2016

Survei Setara: 11 Persen Siswa SMA Inginkan Khilafah

Tempo.co - Lembaga yang mendukung pluralisme dan hak asasi manusia, Setara Institute, menyurvei tingkat toleransi siswa SMA Negeri di Jakarta dan Bandung Raya. Hasilnya menunjukkan tingkat toleransi siswa masih cenderung besar.

Thursday, July 23, 2015

Sebuah SD di Depok Disebut Ajarkan Radikalisme

Tempo.co - Dua pekan terakhir ini, media sosial diwarnai informasi tentang adanya pendidikan agama berbau radikalisme di Sekolah Dasar Islam Asshafa, Depok, Jawa Barat. Pakar psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono, mengaku memperoleh informasi serupa.

"Saya mendapat laporan, anak-anak itu mengadakan pentas seni bertema radikalisme," kata Sarlito melalui e-mail kepada Tempo, Ahad, 5 Juli 2015.

Menurut Sarlito, anak-anak sekolah swasta yang menekankan pendidikan berbasis agama Islam itu mengenakan ikat kepala bertuliskan huruf Arab saat berpentas. Sebagian anak-anak itu bahkan menggunakan tutup wajah dengan kain sarung bak teroris ISIS. Bahkan, kata dia, ada anak yang memegang senjata mainan.

"Seharusnya sekolah berbasis agama tak perlu mengajarkan kekerasan," kata Sarlito.

Dia mengatakan para guru sepantasnya memilih mengajarkan praktek beragama secara seimbang. Artinya, anak-anak harus tahu bagaimana berhubungan baik dengan Tuhan dan dengan sesama manusia serta makhluk hidup lain.

Sarlito mencontohkan, hal sederhana seperti memberi salam kepada orang tua, memberi maaf, menyayangi binatang, berbuat jujur, atau datang tepat waktu harus langsung diajarkan kepada anak-anak. Setelah itu, hal-hal tersebut barulah dikaitkan dengan ayat-ayat kitab suci.

"Jangan dibalik. Jika hafal ayat dulu, lalu ditafsirkan, bisa ada pandangan seakan-akan hal yang tak sama dengan ayat berarti jelek, bahkan kafir, dan harus dimusuhi."
...more

Friday, April 17, 2015

Dianggap Hanya Ikut-ikutan, 12 WNI yang Dideportasi dari Turki Tidak Dipidana

Komisaris Besar Rikwanto
Kompas.com - Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto mengatakan, 12 warga negara Indonesia (WNI) yang dideportasi otoritas Turki tidak akan dikenakan hukum pidana.

"Mereka tak dipidana, hanya ikut-ikutan saja," ujar Rikwanto di kantornya, Jumat (27/3/2015) pagi.

Ke-12 WNI yang dideportasi tersebut, lanjut Rikwanto, terdiri dari anak-anak dan perempuan dewasa. Anak-anak tersebut hanya ikut orangtuanya. Sementara, perempuan dewasa hanya ikut suami mereka. Rikwanto melanjutkan, sejak kedatangannya ke Indonesia, Kamis, 26 Maret 2015 malam, keduabelas WNI tersebut diperiksa sementara di Markas Korps Brimob, Kelapa Dua, Depok.

Pemeriksaan dilanjutkan di Panti Sosial, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur sembari mengistirahatkan mereka. (Baca: 12 WNI yang Dideportasi Turki Dibawa ke Panti Sosial)

"Setelah ditampung di Bambu Apus dan sudah dinyatakan selesai, mereka akan dikembalikan ke keluarganya di kampung halaman," ujar dia.

Rikwanto mengatakan, program deradikalisasi akan dimulai ketika mereka masuk ke panti sosial dan hingga mereka pulang ke kampung halaman. Program tersebut mensasar agar mereka tidak kembali mengikuti kelompok-kelompok radikal lainnya di kemudian hari. (Baca: Ini Nama-nama WNI yang Dideportasi dari Turki)
...more

Tuesday, September 16, 2014

Serangan ISIS oleh Barat Picu Gerakan Radikal di Indonesia

Djoko Suyanto
Kompas.com - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menilai serangan militer yang dilakukan Barat kepada Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berpotensi menimbulkan gejolak di Tanah. Kelompok radikan di Indonesia, sebutnya, bisa saja tergerak melakukan aksi teror.

"Negara-negara barat dalam menangani isu ISIS melakukan cara-cara hard, melakukan serangan yang disinyalir ada kegiatan ISIS. Sehingga ada kegiatan sipil yang tidak diinginkan. Dampak dari hard power ini akan berpengaruh tidak hanya di Suriah tetapi juga di Indonesia," ujar Djoko di kantor presiden, Minggu (14/9/2014).

Djoko menuturkan penanganan Barat terhadap ISIS memang bisa menyelesaikan masalah. "Tetapi sekarang gejolak dan isu di sana justru menimbulkan sentimen-sentimen baru atau gerakan-gerakan terorisme baru sebagai pendekatan dari gerakan hard power negara barat tersebut," imbuh dia.

Oleh karena itu, Djoko menilai pemerintah Indonesia akan lebih melakukan pendekatan dengan soft power di mana ada upaya terintegrasi antara TNI, Polri, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk mencegah penyebaran paham ISIS di Indonesia. Namun, Djoko memastikan aparat akan tetap menindak apabila ada tindakan radikal dan terorisme.

Hari ini, Presiden SBY memanggil sejumlah menteri untuk membahas polemik RUU Pilkada dan juga soal perkembangan ancaman Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Pernyataan Presiden ini adalah tindak lanjut dari penangkapan Polri terhadap empat warga negara asing (WNA) asal Turki dan tiga warga negara Indonesia (WNI) yang diduga terkait dengan jaringan ISIS.
...more